Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Pesta “Si Lajang” Menjadi Fenomena Global

Kompas.com - 09/11/2016, 15:55 WIB

Jarum jam menunjukkan waktu 00.30, lewat tengah malam, tapi Hendra yang bekerja sebagai pengelola konten kreatif di sebuah agensi komunikasi di kawasan Jakarta Selatan masih terjaga di depan laptopnya. Matanya bergerak teratur dari kiri ke kanan, lalu turun mengikuti pointer mouse yang dikendalikan oleh jarinya.

"Yeah!", Hendra bergumam puas dengan lembut. Dua menit kemudian dia menutup laman-laman yang sudah dipantengi selama 15 menit itu, lalu membuka tautan berikutnya.

Ada belasan tab peramban lain belum dibuka. Tiga jam kemudian Hendra baru tersadar jika jam dinding sudah menunjukkan pukul 3.30 hampir menjelang subuh. Dia pun menutup laptopnya.

Siangnya, sambil mencuri jam kerja di kantornya, Hendra melanjutkan ritual tadi malam. Kali ini ia memantengi situs e-commerce dan tanpa berlama-lama, mouse wireless dan sebuah smartphone masuk ke keranjang belanja.

Suara klak-klik dan tanpa sadar ia sudah memasukkan enam barang sesuai dengan catatan belanjanya, dan hanya helm barang yang dibidiknya luput dia beli. Walau begitu Hendra tampak senang, sebab dia hanya mengeluarkan Rp 9.650.000 untuk 6 item barang yang dibelinya. Padahal jika belanja di hari normal perhitungannya bisa diatas 20 juta.

Hari itu Rabu, 11 November 2015. Selain Hendra, masyarakat online Indonesia lainnya juga membanjiri puluhan toko online. Maklum hari itu adalah "Single Day". Kegiatan belanja online tahunan yang digelar secara masif setiap 11 November.

Berawal dari China

Sekitar 7.000 kilometer dari Jakarta, di negeri China, juga terjadi fenomena serupa. Malah jauh lebih heboh.

Di sana ratusan juta warga sibuk dengan laptop dan smartphone-nya masing-masing. Sama seperti Hendra, mereka berburu barang incaran di internet.

Hasilnya, toko online Alibaba membukukan nilai penjualan Rp 190 triliun. Begitu pula dengan JD.com yang juga mencatat omset fantastis, 32 juta transaksi.

Kedua perusahaan e-commerce terbesar di China itu mengklaim jika penjualan pada perayaan Single Day tersebut naik secara fantastis dari tahun sebelumnya.

Ada beberapa alasan Single Day di China begitu besar. Selain jumlah penduduknya yang banyak, Single Day sejatinya memang berawal dari sana.

Terlebih perayaannya yang melibatkan para aktor dan aktris papan atas. Tak hanya artis lokal China; James Bond, Daniel Craig; dan Kevin Spacey turut membanjiri parade iklan Single Day di negeri Tirai Bambu.

Single Day diinisiasi oleh sekumpulan mahasiswa pada awal 1990-an. Seperti namanya, Single Day adalah Hari yang didedikasikan bagi para kaum jomblo atau yang belum memiliki pasangan.

Setiap tanggal 11 November, muda- mudi yang belum mempunyai pasangan merayakan kelajangan mereka dengan berbelanja secara gencar karena banyaknya promosi digelar para pemain e-commerce.

Kini, Single Day yang dalam istilah China disebut Guanggun Jie, sudah merambah ke berbagai negara dan sudah menjelma menjadi hari belanja terbesar di dunia melampaui Black Friday di Amerika Serikat.

Penulis:
Teddy Arifianto
Head of Corporate Communications and Public Affairs JD.ID

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com