Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Masalah yang Bakal Dihadapi Apple Setelah Trump Jadi Presiden AS

Kompas.com - 11/11/2016, 06:57 WIB
Oik Yusuf

Penulis

Sayang, janji Trump yang satu ini agaknya sulit terwujud karena terganjal sejumlah persoalan serius. Pertama, produksi di AS bakal menimbulkan masalah logistik terkait distribusi komponen. Sebanyak 90 persen hardware iPhone seperti chip, baterai, dan modul kamera, misalnya, dibuat di luar AS.

Ongkos produksi pun lebih mahal di AS dan bisa menambah harga eceran iPhone sebesar 50 dollar AS sehingga ponsel tersebut kurang kompetitif di pasaran. Belum lagi soal tenaga kerja China yang lebih terampil daripada pekerja AS dalam hal manufaktur.

Namun Trump mungkin punya "senjata pamungkas" untuk memaksa Apple. Dia pernah mengungkapkan rencana untuk mengenakan tarif tinggi untuk barang impor dari China.

"Saya akan kenakan pajak (untuk produk China)... Pajaknya harus sebesar 45 persen," ujar Trump dalam sebuah wawancara mengenai restrukturisasi perdagangan dengan China, awal tahun ini.

3. Melonggarkan sekuriti

Februari lalu, Apple sempat berseteru dengan biro penyelidikan federal AS, FBI, lantaran perusahaan berlambang buah apel tergigit itu menolak membuka kunci iPhone yang dimilki teroris dengan alasan melindungi privasi.

Donald Trump ikut nimbrung dalam debat yang memanas hingga melibatkan para pelaku lain di industri teknologi ini. Dia mengajak konsumen Amerika agar memboikot Apple sampai mau membuka kunci enkripsi iPhone dimaksud.

"Saya pakai iPhone dan Samsung," kicau Trump dalam sebuah tweet. "Kalau Apple tak mau memberikan info ke otoritas mengenai teroris, saya hanya akan memakai Samsung," serunya. Perlu ditambahkan bahwa Trump pernah dibayar untuk berbicara dalam acara-acara korporat Samsung.

Masalah mengenai iPhone teroris telah selesai saat pengadilan membatalkan perintah agar Apple membobol iPhone. FBI kemudian meminta bantuan pihak ketiga dan akhirnya berhasil membuka kunci iPhone yang bersangkutan.

Kendati demikian, isu sekuriti perangkat yang menyulitkan penegak hukum ini rawan muncul kembali ke permukaan apabila terjadi kasus serupa di massa depan. Entah apa yang akan dilakukan Trump saat itu terjadi.

Meski berfungsi sebagai lembaga non-partisan, kenetralan FBI belakangan dipertanyakan saat biro federal tersebut menyelidiki kasus penggunaan server e-mail privat oleh rival Trump dalam pemilu, Hillary Clinton.

Administrasi Presiden Obama bahkan menuding Direkur FBI, James Comey, telah ikut serta mendukung Trump. Duet kedua orang ini boleh jadi akan memunculkan debat enkripsi jilid kedua yang akan kembali menyeret Apple.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com