Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pernah Disebut "Kanker", Linux Akhirnya Didukung Microsoft

Kompas.com - 21/11/2016, 11:50 WIB
Reska K. Nistanto

Penulis

KOMPAS.com - Windows dan Linux, dua sistem operasi yang selama ini dianggap "berseberangan" karena sifat keterbukaan, akhirnya bersatu dalam sebuah asosiasi. Microsoft sebagai pengembang OS Windows yang bersifat tertutup, kini bergabung dengan Linux Foundation.

Bergabungnya Microsoft dengan organisasi pengembang sistem operasi yang bersifat terbuka untuk umum itu bisa dibilang mengejutkan. Pasalnya, Microsoft melalui mantan CEO-nya, Steve Ballmer, 15 tahun lalu menyebut OS Linux sebagai "kanker".

Dikutip KompasTekno dari Ars Technica, Senin (21/11/2016), Microsoft disebut telah berkontribusi untuk Linux selama beberapa tahun belakangan ini. Direktur Eksekutif Linux Foundation, Jim Zemlin membenarkan hal ini.

"Microsoft telah berkolaborasi secara baik dengan komunitas open source memberikan pengalaman mobile dan cloud yang transformatif kepada banyak orang," kata Zemlin.

Di bawah kepemimpinan Satya Nadella, Microsoft kini memang terasa lebih membuka dirinya. Raksasa software asal Redmond, Washington itu telah membuat beberapa software buatannya, seperti PowerShell, Visual Studio Code, dan JavaScript browser Edge menjadi terbuka. Pengembang bisa mendapatkan source-code software-software tadi.

Di samping itu, Microsoft juga telah bekerja sama dengan Canonical untuk membawa Ubuntu ke Windows 10, serta mengakuisisi Xamarin dengan tujuan mengembangkan aplikasi mobile untuk Windows Phone.

Microsoft bahkan membuat SDK (software development kit) berikut tools-tools Xamarin bisa didapat siapa saja, serta membawa sistem manajemen data SQL Server ke Linux.

Baca: Untuk Pertama Kalinya, Microsoft Akui Linux Sebagai Pesaing

Kanker bagi Microsoft

Beda CEO beda pandangannya juga. Sebelumnya, saat Steve Ballmer menjabat sebagai CEO Microsoft 2001 lalu, ia pernah mengatakan bahwa Linux itu ibarat kanker bagi Microsoft.

Ia berkata demikian saat mengkritisi cara software open source itu membuat lisensi. Jika digratiskan, Linux bisa menggerogoti eksistensi Microsoft yang mendapat untung dengan berjualan software.

"Linux itu ibarat kanker yang menempel di hak karya cipta," katanya dalam sebuah wawancara dengan Chicago Sun-Times, Juni 2001 lalu.

"Jika Anda menggunakan software open-source apa pun, maka Anda harus membuat semua komponen software terbuka," ujarnya.

Ballmer berpendapat jika sebuah bagian dari karya itu tidak diturunkan dari program open-source, dan secara logika dianggap independen atau hasil karya terpisah, maka lisensi (open-source) itu sebaiknya tidak udah diterapkan.

Namun seiring waktu, cara pandang Ballmer terhadap software open-source itu berubah, bersamaan dengan Microsoft yang mulai membawa program SQL Server-nya ke Linux.

ExtremeTech.com CEO Microsoft Steve Ballmer sewaktu peluncuran Windows 8.1 Preview public beta, Rabu (26/6/2013)

Sudah berbeda

Pada Maret 2016 lalu, Ballmer kembali mengomentari pendapatnya sendiri tentang Linux yang dilontarkan 15 tahun lalu.

Menurut Ballmer, kondisinya sudah berubah, analoginya memang tepat menggambarkan kondisi saat itu, namun ancaman Linux (sebagai kanker Microsoft) itu disebutnya sudah berlalu.

"Microsoft bisa menghasilkan uang setelah bersaing sengit (dengan Linux)," katanya.

Ballmer menjabat sebagai CEO Microsoft mulai 2000, sebelum akhirnya harga saham Microsoft turun. Harga saham Microsoft turun lebih dari 40 persen di periode Ballmer menjabat hingga 2013, saat ia mengumumkan akan mengundurkan diri dari jabatannya.

Ballmer menyerahkan tongkat kepemimpinan Microsoft kepada Satya Nadella pada Februari 2014. Semenjak itu, harga saham Microsoft naik lebih dari 50 persen.

Baca: Benarkah Windows 8 "Contek" Konsep dari Linux?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com