Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Internet, Cepat Saja Tak Cukup

Kompas.com - 22/11/2016, 09:51 WIB
Josephus Primus

Penulis


KOMPAS.com
- Jangan heran kalau hari-hari ini banyak orang datang ke warung kopi atau tempat makan malah lebih dulu bertanya soal akses Wi-Fi, bukannya menu.

Fenomena serupa sudah jamak pula merambah tempat-tempat umum lain, dari perpustakaan, taman, hingga bandara.

Kebutuhan mencari akses Wi-Fi ini tak terlepas dari kecenderungan makin lekatnya orang-orang pada teknologi internet. Terlebih lagi, ponsel pintar (smartphone) dengan kemampuan mengakses internet sudah jadi barang lumrah dalam keseharian.

Riset Google terbaru, seperti diunggah lewat situs web www.thinkwithgoogle.com pada September 2016, menguatkan bahwa orang sudah makin intim dengan internet.

Berdasarkan jajak pendapat yang mendapatkan 14.000 respons, riset tersebut mendapati, saat ini orang-orang otomatis meraih ponsel atau gagdet lalu berselancar di dunia maya setiap kali butuh mencari sesuatu.

Karenanya, tak akan aneh lagi bila pengalaman seperti dialami GM Marketing & Communication MyRepublic, Winnie Sularto, saat membawa putranya ke tempat makan terjadi juga di mana-mana.

"Anakku tuh (langsung) cari ada Wi-Fi enggak di sini?" tutur Winnie saat berbincang dengan Kompas.com beberapa waktu lalu.

Kebutuhan Wi-Fi pun tak lagi terbatas sekadar untuk berbincang lewat layanan chat, bermain game online, atau sekadar mendapatkan kabar terbaru dari situs web.

www.thinkwithgoogle.com Tren pencarian menggunakan internet berdasarkan riset Google yang dipublikasikan pada September 2016

Riset Google yang sama mendapati, pengambilan keputusan cepat pun sekarang makin mengandalkan informasi dari laman internet.

Nah, mencari akses Wi-Fi di tempat umum, bisa jadi adalah salah satu cara untuk sedikit menghemat pemakaian kuota internet dari ponsel atau gadget.

Tak perlu lagi ada cerita tiba-tiba komunikasi chat putus karena paket data internet habis, atau malah harus "kentang" tak selesai menonton tontonan dalam jaringan (online) gara-gara alasan yang sama.

Maunya yang tanpa batas, cepat, dan murah

Measuring the Information Society Report 2015 dari International Telecommunication Union (ITU) menyebutkan, orang Indonesia menghabiskan rata-rata Rp 50.000 hingga Rp 300.000 untuk membeli pulsa atau berlangganan jaringan telekomunikasi.

Bayangkan bila dalam satu keluarga ada lima orang—terdiri dari ayah, ibu, dua anak, dan satu asisten rumah tangga—yang semuanya menggunakan akses internet. Biayanya sudah bisa langsung dihitung, bukan?

Sudah begitu, tantangan bagi pengakses internet Indonesia saat ini adalah kecepatan. Percuma kalau tersedia banyak akses dan biayanya masih terjangkau, tetapi lemot saat dipakai.

(Baca: Sudah Zaman Roket, Masa Internet Masih Mau Lelet?)

Jawaban untuk tantangan kecepatan ini datang dalam rupa teknologi jaringan berbasis fiber optic. Ibarat jalan, jaringan ini memberikan layanan laiknya jalan tol dibandingkan jaringan kabel biasa atau mobile.

Thinkstock Ilustrasi Fiber Optic

Teknologi berbasis fiber optic membuka peluang kecepatan internet melesat di atas 100 Mbps. Bandingkan dengan rata-rata kecepatan puncak Indonesia pada akhir 2015 di kisaran 79,8 Mbps, seperti dilansir Akamai Technologies pada April 2016, yang itu pun baru melejit 495 persen dari data pada 2014.

(Baca juga: Kecepatan Puncak Internet Indonesia Peringkat ke-6 Dunia)

Ups, belum selesai tantangan bagi pengguna internet Indonesia, kalau biaya masuk akal dan kecepatan akses internet yang ditawarkan suatu provider sudah mumpuni tetapi penggunaannya masih terbatas volume atau waktu pemakaian tertentu.

Pada praktiknya, banyak tawaran layanan internet berbasis jaringan fiber optic yang harganya terjangkau menerapkan sistem kuota dan fair usage policy (FUP).

Konsekuensi dari kedua kebijakan itu, pemakaian internet ngebut hanya terjadi ketika kuota belum tersedot atau batas waktu pemakaian belum terlewati. Hasilnya, kecepatan pun anjlok juga saat kuota habis atau batas itu terlewati.

Menjadi menarik ketika ada provider yang menjanjikan kecepatan tinggi yang stabil tanpa batasan kuota maupun penerapan FUP, dengan harga masuk akal, seperti dilakukan MyRepublic.

Internet Service Provider (ISP) ini menyediakan layanan paket internet pita lebar (broadband) dengan kisaran kecepatan 50 Mbps hingga 300 Mbps. Paket harga yang ditawarkan rata-rata Rp 300.000 per bulan.

Paket tersebut sudah mengakomodasi kebutuhan streaming, gaming, dan downloading. Saat dipasang di rumah dengan lima penghuni seperti contoh di atas, biaya yang dapat dihemat pun bisa lagsung dihitung kembali karena pemakaian akses internet dapat dibagi melalui jaringan Wi-Fi.

Targetnya, MyRepublic melayani akses internet cepat bagi 2 juta rumah pada 2020. Kota-kota yang mulai disambangi jaringannya adalah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Malang, Surabaya, Semarang, Medan, dan Palembang.

Arti kecepatan internet

Selama ini informasi ukuran kecepatan jaringan internet hanya seperti jargon, semacam makin besar angka kecepatannya maka kenikmatan mengakses internet dijanjikan meningkat pula. Namun, hitungan di balik angka-angka itu tak banyak bertebaran.

Bila penggunaan internet masih terbatas untuk chat atau komunikasi lewat e-mail, hitungan di balik ukuran kecepatan tersebut bisa jadi tak terlalu terasa. Beda cerita ketika internet sudah dipakai untuk mengakses file berukuran besar seperti video, tontontan streaming, dan game online.
 
Kecepatan internet akan menentukan lama waktu buffering dan akses saat mengakses file-file berukuran besar tersebut. Merujuk fact sheet MyRepublic, kecepatan internet 100 Mbps setara dengan mengunduh file berukuran 12 MB dalam waktu satu detik.

Biar lebih tergambar, ilustrasinya adalah, file besar berukuran 40 GB akan butuh waktu 533 menit saat diunduh lewat jaringan internet dengan kecepatan 8 Mbps. Dengan jaringan 100 Mbps seperti milik MyRepublic, waktu unduh terpangkas menjadi 53 menit saja.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO Ilustrasi menonton tayangan streaming melalui smartphone

Film berkualitas HD, dengan ukuran file sekitar 4,5 GB, butuh waktu unduh 60 menit di kecepatan internet 8 Mbps tetapi hanya 6 menit di kecepatan 100 Mbps.

Lalu, foto berukuran 10 MB yang di kecepatan 8 Mbps butuh waktu unduh 2 detik, sudah bisa dilihat dalam waktu kurang dari setengah detik bila diunduh dengan kecepatan 100 Mbps.

Dari beragam kecepatan internet yang bisa diakses di Indonesia, kecepatan 5-10 Mbps bisa dipakai untuk kegiatan multitasking seperti mengakses file YouTube dan aktivitas online lain. Namun, kecepatan itu cuma optimal tanpa ada jeda buffering bila 2-3 perangkat saja yang memakai jaringan internet pada saat bersamaan.

Nah, kecepatan 100 Mbps sebagaimanan kecepatan rata-rata yang disediakan MyRepublic, jelas memungkinkan pula aktivitas multitasking. Kelebihannya, kecepatan tetap optimal—tak terjeda buffering—meski pada saat bersamaan ada 12-15 perangkat berbarengan memakai jaringan internet ini.

Kalau sudah begini, mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya atau bahkan mengumpulkan referensi untuk pengambilan cepat keputusan—seperti temuan dalam riset Google soal penggunaan internet—bakal makin mudah menemukan jalannya.

Menarik?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kacamata Pintar Meta 'Ray-Ban' Sudah Bisa Dipakai Video Call WhatsApp

Kacamata Pintar Meta "Ray-Ban" Sudah Bisa Dipakai Video Call WhatsApp

Gadget
Tanggal Rilis Game terbaru Hoyoverse Bocor di App Store

Tanggal Rilis Game terbaru Hoyoverse Bocor di App Store

Game
Revisi UU Penyiaran, KPI Bisa Awasi Konten Netflix dan Layanan Sejenis

Revisi UU Penyiaran, KPI Bisa Awasi Konten Netflix dan Layanan Sejenis

e-Business
Revisi UU Penyiaran Digodok, Platform Digital Akan Diawasi KPI

Revisi UU Penyiaran Digodok, Platform Digital Akan Diawasi KPI

Internet
Arti Kata NT, Bahasa Gaul yang Sering Dipakai di Medsos dan Game

Arti Kata NT, Bahasa Gaul yang Sering Dipakai di Medsos dan Game

Internet
Profil Lee Jae-Yong, Bos Besar Samsung yang Jadi Orang Terkaya di Korea Selatan

Profil Lee Jae-Yong, Bos Besar Samsung yang Jadi Orang Terkaya di Korea Selatan

e-Business
Tablet Samsung Galaxy Tab S6 Lite 2024 Resmi di Indonesia, Ini Harganya

Tablet Samsung Galaxy Tab S6 Lite 2024 Resmi di Indonesia, Ini Harganya

Gadget
WhatsApp Dituduh Bocorkan Informasi Warga Palestina ke Israel, Ini Faktanya

WhatsApp Dituduh Bocorkan Informasi Warga Palestina ke Israel, Ini Faktanya

Internet
Cara Mengaktifkan eSIM Telkomsel di HP Android dan iPhone

Cara Mengaktifkan eSIM Telkomsel di HP Android dan iPhone

e-Business
Razer Perkenalkan Kishi Ultra, Controller Game dengan 'Sensa HD Haptics'

Razer Perkenalkan Kishi Ultra, Controller Game dengan "Sensa HD Haptics"

Gadget
10 Cara Menghilangkan Iklan di HP Tanpa Aplikasi Tambahan, Mudah dan Praktis

10 Cara Menghilangkan Iklan di HP Tanpa Aplikasi Tambahan, Mudah dan Praktis

Gadget
Rawan Rusak, Aksesori FineWoven iPhone dan Apple Watch Dihentikan?

Rawan Rusak, Aksesori FineWoven iPhone dan Apple Watch Dihentikan?

Gadget
Fitur Penerjemah Kalimat Instan Pakai  'Circle to Search' Sudah Bisa Dicoba di Indonesia

Fitur Penerjemah Kalimat Instan Pakai "Circle to Search" Sudah Bisa Dicoba di Indonesia

Software
Triwulan I-2024, Transaksi Judi Online di Indonesia Tembus Rp 100 Triliun

Triwulan I-2024, Transaksi Judi Online di Indonesia Tembus Rp 100 Triliun

e-Business
Polres Jakarta Selatan Tangkap Mantan Atlet E-sports Terkait Kasus Narkoba

Polres Jakarta Selatan Tangkap Mantan Atlet E-sports Terkait Kasus Narkoba

Game
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com