Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Smart Assistant, Robot Serupa Asisten "Iron Man" Bikinan Lenovo

Kompas.com - 12/01/2017, 13:29 WIB
Wisnubrata

Penulis

LAS VEGAS, KOMPAS.com - Mereka yang pernah nonton film Iron Man pastilah akrab dengan tokoh JARVIS. JARVIS - Just A Rather Very Intelligent System - adalah asisten Tony Stark, sang Iron Man. Tapi dia bukan sosok manusia. Dia adalah mesin yang memiliki kecerdasan dan terhubung dengan berbagai sistem di rumah Tony Stark.

Selain bisa menjawab berbagai pertanyaan dan melakukan perhitungan, JARVIS bisa juga melakukan urusan lain di rumah Tony, dari mematikan lampu hingga membuat robot. Terlihat seperti khayalan ya?

Namun tahukah Anda, asisten cerdas seperti JARVIS ini ternyata mulai dikembangkan dan bakal menjadi bagian dari hidup kita sehari-hari. Salah satu perusahaan yang mengembangkannya adalah Lenovo, melalui produk Smart Assistant.

Alat berbentuk tabung ini memang belum bisa membuat robot atau menampilkan hologram. Namun kita bisa menanyakan berbagai hal, seperti cuaca, kurs mata uang, dan hal lain kepadanya. Kita juga bisa memintanya mematikan atau menghidupkan lampu, serta memutar lagu pilihan kita.

Lenovo Smart Assistant menggunakan aplikasi Amazon Alexa, layanan suara yang memungkinkan seseorang berinteraksi dengan sebuah piranti menggunakan suara.

Dalam acara Consumer Electronic Show 2017 di Las Vegas awal bulan Januari ini, saya sempat “berbincang-bincang” dengan mesin ini. Kami menyapanya dengan nama Alexa.

“Alexa, what is the weather today?” tanya saya.

Dia pun menjawab dengan tepat bagaimana kondisi cuaca Las Vegas hari itu.

Saat saya memintanya mematikan lampu, dia pun menjawabnya, “OK, the light turned off” dan lampu pun padam.

Bagaimana mesin ini melakukan semua itu? Pertama, dia dilengkapi kecerdasan untuk mengenali suara dan memahami kalimat – saat ini baru dalam Bahasa Inggris dan Mandarin. Dia lalu mengubahnya menjadi kode dan melakukan perintah.

Untuk menjawab pertanyaan, mesin ini akan mencari data di cloud lewat koneksi wireless. Setelah data yang tepat ditemukan, dia akan memberi jawaban melalui suara. Interaksi seperti ini membuat kita tidak merasa berhadapan dengan mesin yang kaku, namun lebih manusiawi.

Agar bisa melakukan berbagai perintah seperti menyalakan lampu atau memutar musik, Lenovo Smart Assistant harus terhubung dengan sistem di sebuah rumah. Melalui sistem inilah dia mengatur ekosistem di dalamnya.

Alasan Lenovo kembangkan Smart Assistant

Mengapa Lenovo mengembangkan produk seperti ini? Menurut Dilip Bhatia, Vice President of Global Marketing, User and Customer Experience, Lenovo PC & Smart Device Business Group, masa depan teknologi adalah suara.

“Saat ini makin banyak orang memakai suara dalam berinteraksi dengan gadget. Saat menyupir, Anda menggunakan suara untuk meminta ponsel Anda mencari arah misalnya,” ujar Dilip, Kamis (5/1/2017) di Las Vegas.

Berdasarkan survei yang dilakukan Lenovo tahun 2016 terhadap 1.307 responden di AS, China, Inggris, Australia, dan India, saat ini 65 persen orang sudah memakai teknologi pengenalan suara di ponsel atau komputer mereka.

Orang memanfaatkan suara karena dianggap lebih mudah daripada mengetik di keyboard, selain juga lebih praktis karena bisa dilakukan sembari mengerjakan hal lain, seperti mengemudi atau memasak.

“Kecenderungan itulah yang ditangkap, sehingga Lenovo mengembangkan Smart Assistant ini,” lanjut Dilip.

Agar dapat menangkap suara dengan tepat, alat ini memiliki delapan mikrofon 360 derajat dengan peredam gangguan suara (noise) sehingga bisa memahami perintah hingga jarak 5 meter. Sedangkan untuk menghasilkan suara jawaban yang jernih, Lenovo Smart Assistant dilengkapi speaker Harman Kardon.

Apakah alat-alat semacam ini akan diterima pasar?

Menurut penelitian Gartner, Januari 2015 yag berjudul Predicts 2015: The Internet of Things,” pasar piranti cerdas menunjukkan peningkatan eksponensial. Diramalkan pada tahun 2019 penjualan piranti cerdas smart home devices mencapai 2 miliar unit dengan nilai sekitar 490 miliar dollar AS.

Namun begitu masih ada pertanyaan, mengapa teknologi semacam ini masih belum diterima luas? Mengapa masyarakat sepertinya lamban mengadopsinya?

Masih menurut penelitian yang sama, alasannya ada dua. Pertama soal harga. Hampir dua pertiga konsumen menganggap layanan dan piranti cerdas terlalu mahal.

Alasan kedua, desain piranti yang dianggap kurang cocok dengan kebutuhan pengguna. Survey Accenture tahun 2016 berjudul “Igniting Growth in Consumer Technology,” menunjukkan setidaknya 23 persen konsumen masih meragukan apakah piranti pintar akan berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan alasan itu, Lenovo mengembangkan Smart Assistant yang bisa digunakan. “Tujuan kami bukan semata-mata membuat piranti dengan teknologi canggih,” kata Dilip. “Kami membuat produk yang benar-benar mengerti dan bisa dipakai sehari-hari oleh konsumen.”

Dengan pendekatan tersebut, Lenovo Smart Assistant akan hadir awal Mei 2017 dengan harga sekitar 129.99 dollar AS atau sekitar Rp 1,7 juta, dan tersedia dalam warna abu-abu, hijau dan jingga.

Kelak, seperti Tony Stark dengan JARVIS-nya, kita pun bisa berbicara, bertanya, memberi perintah, dan berinteraksi dengan mesin di rumah kita sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com