KOMPAS.com - “Pertama-tama, mari mulai dengan (pengucapan) namanya,” ujar Hugo Barra dalam sebuah wawancara yang dilakukan pada 2013 lalu. Dia lantas mengucap “show me” dalam bahasa Inggris, tapi kata pertamanya dilafalkan seolah menyebut “show” pada “shower”.
Barra sedang mengajarkan bagaimana cara menyebut nama “Xiaomi”, sebuah perusahaan teknologi asal China yang ketika itu baru saja merekrutnya.
Langkah Barra bergabung dengan Xiaomi terbilang mengejutkan. Maklum, sebelumnya dia menjabat posisi tinggi sebagai vice president dan spokesperson divisi Android di Google. Sementara, Xiaomi merupakan startup teknologi berusia tiga tahun yang relatif belum terlalu dikenal.
Pertama kali bergabung dengan Google pada 2008, Barra adalah salah satu sosok paling dikenal di dunia Android. Dialah yang dulu ditunjuk memperkenalkan tablet Nexus 7 di panggung Google I/O 2012.
Barra, sang pakar teknis yang piawai bicara di depan publik, juga bertanggung jawab membidani sejumlah versi OS Android, dari Honeycomb hingga Kitkat, berikut aneka smartphone dan tablet seri Nexus besutan Google.
Awal perjumpaan Barra dengan Xiaomi bisa dibilang kebetulan. Pada hari kedua di Google, 2008 lalu, dia terbang ke China untuk rapat dengan para petinggi mobile Google di Negeri Tirai Bambu.
Baca: Hugo Barra Tinggalkan Xiaomi Akhir Januari
Di sana, dia bertemu Bin Lin, Co-founder dan Presiden Xiaomi, yang ketika itu merupakan Direktur Engineering Google China. Beberapa tahun kemudian, Lin meninggalkan Google untuk mendirikan Xiaomi, tapi komunikasi tetap terjalin dengan Barra yang rupanya terkesan dengan startup teknologi belia ini.
“Saya selalu mengunjungi mereka (Xiaomi) di Beijng. Ketika mereka mulai membuat ponsel, saya memboyongnya untuk diperlihatkan di Google,” ucap Barra.
Ekspansi global
Di bawah kepemimpinan Barra, pada Februari 2014, Xiaomi memulai ekspansi global dengan meluncurkan produk smartphone di Singapura.
Semenjak itu Barra sibuk mondar-mandir ke berbagai negara. Dia berkeliling ke berbagai negara untuk mempromosikan ponsel xiaomi yang punya spesifikasi mumpuni tapi berharga terjangkau lantaran dijual eksklusif secara online untuk memotong biaya distribusi dan pemasaran.
Setelah Singapura, pada tahun yang sama, Xiaomi meluncur di berbagai negara lain di kawasan Asia, termasuk Malaysia, Filipina, India, dan Indonesia.
Barra sempat mampir ke gelaran Indonesia Cellular Show (ICS) 2014 di JCC Senayan, Jakarta, untuk memperkenalkan Xiaomi sekaligus membeberkan strateginya berkompetisi di pasaran smartphone Tanah Air.
“Kami akan menjual produk-produk Xiaomi dengan fokus di e-commerce selain bekerja sama dengan distributor lokal,” ucap Barra.
Pada 2014, empat tahun setelah Xiaomi resmi didirikan, perusahaan itu menguasai pasaran domestik China dan melesat menjadi pabrikan smartphone terbesar ketiga di dunia.
Keberhasilan tersebut tak lepas dari gaya Hugo Barra yang down-to-earth. Sosoknya jauh dari kesan eksklusif dan jarang terlihat memakai pakaian formal. Dia lebih sering tampil dengan kaus atau t-shirt dan jeans, serta tak segan bertemu langsung dengan para penggemar Xiaomi di berbagai negara.
Barra menjadi lekat dengan Xiaomi lantaran kebiasaannya yang gemar menyapa publik. Bisa dibilang, dialah wajah Xiaomi di kancah global.
Turun panggung
Meski sempat meroket, kejayaan Xiaomi tak berlangsung lama. Pangsa pasarnya di China berangsur menurun pada 2015, hingga akhirnya harus merelakan posisi teratas kepada Huawei pada Oktober tahun itu.
Data terakhir yang dirangkum KompasTekno dari The Wall Street Journal, Selasa (24/1/2017) menyebutkan bahwa Xiaomi kini berada di urutan keempat di Negeri Panda yang merupakan pasaran smartphone terbesar di dunia. Di atasnya ada Oppo, Vivo, dan Huawei.
China adalah pasar yang menyumbang kontribusi penjualan terbanyak bagi Xiaomi. Pasaran internasional yang selama ini diperjuangkan oleh Barra diperkirakan hanya menyumbang 15 persen dari total pengapalan Xiaomi tahun lalu.
Di tengah-tengah situasi tersebut, pada 23 Januari 2017 atau sekitar 3,5 tahun setelah bergabung dengan Xiaomi, Barra mengumumkan bakal undur diri. Dia menyebutkan bahwa alasannya berkaitan dengan persoalan pribadi.
“Yang baru saya sadari setelah beberapa tahun tinggal di lingkungan yang jauh ini ternyata telah mengorbankan kehidupan saya dan mulai berpengaruh kepada kesehatan saya,” tulis Barra dalam sebuah posting berisi ucapan perpisahan di Facebook.
Sejak menjabat sebagai kepala pemasaran global Xiaomi, Barra memang harus tinggal di Beijing yang jaraknya sekitar 10.000 km dari kediamannya di Amerika Serikat. Dia mengaku kangen rumah.
Belum jelas ke mana Barra akan berlabuh sekembalinya ke Amerika Serikat. Yang pasti, Presiden Xiaomi Bin Lin sudah mengumumkan bahwa posisi yang ditinggalkan Barra di Xiaomi akan diisi oleh Senior Vice President Xiaomi, Xiang Wang.
Kepergian Barra merupakan pukulan bagi Xiaomi, khususnya di kancah internasional yang menjadi panggung Barra.
Terlebih, perusahaan tersebut tengah melakukan perubahan terkait strategi bisnis. Meski demikian, Barra tak khawatir dengan nasib Xiaomi.
“Xiaomi sekarang punya tim eksekutif yang kuat dan berpikiran global. Mereka akan melanjutkan momentum yang kami mulai bersama," ujar Barra.
Baca: Hugo Barra Ungkap 3 Alasan Tinggalkan Xiaomi
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.