Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Tahun Lalu, Pesawat Garuda Tergelincir dan Terbakar di Yogyakarta

Kompas.com - 07/03/2017, 15:31 WIB
Reska K. Nistanto

Penulis

ROASS menggunakan sensor data-data seperti posisi GPS pesawat, posisi landing gear, posisi flaps (sirip tambahan di sayap), kecepatan vertikal pesawat saat turun atau approach, profil gerakan pesawat saat mendarat, serta digabungkan dengan database runway yang dimiliki Honeywell untuk memberikan peringatan suara di kokpit jika pendaratan dirasa tidak aman.

Peringatan teks warna merah di layar primary flight display (PFD) kokpit akan muncul dibarengi dengan peringatan suara, memperingatkan jika pesawat mendarat di runway yang pendek, pesawat terlalu tinggi untuk mendarat, atau bahkan pesawat hendak mendarat di taxiway (jalur penghubung runway dengan apron) alih-alih runway, dan sebagainya.

Dipadukan dengan teknlogi synthetic vision di layar PFD, maka pilot dan kopilot di dalam kokpit bisa menjadi lebih awas dengan kondisi sekitar bandara, walau jarak pandang di luar kokpit terbatas.

Jika pesawat mendarat dengan stabil dan normal, maka tidak akan ada peringatan yang muncul. Honeywell mengklaim software-nya itu sudah terbukti bisa diandalkan setelah menjalani uji penerbangan selama lebih dari 800 jam.

Baca: Mengenal B747SP, Pesawat Bantet Raja Salman yang Sambangi Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com