Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelajaran dari Tersebarnya Wabah Ransomware WannaCry

Kompas.com - 15/05/2017, 07:22 WIB
Fatimah Kartini Bohang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi terorisme cyber yang dilakukan kelompok bernama Shadow Broker melalui penyebaran ransomware jenis WannaCry membuat heboh dunia global. Di Indonesia, wabah WannaCry pertama kali menjangkiti sistem komputer di RS Dharmais pada Jumat (12/5/2017) pekan lalu.

Siapa yang pertama kali membawa program jahat itu ke Tanah Air? Belum diketahui secara pasti. Bagaimana cara membuka kunci enkripsi WannaCry pada komputer yang terlanjur terinfeksi? Belum pula ditemukan kunci pembuka alias dekripsinya.

Yang jelas, di Indonesia, WannaCry sukses melumpuhkan sistem antrean RS Dharmais dan belakangan juga teridentifikasi RS Harapan Kita. Tak cuma itu, akses data rumah sakit yang terkunci membuat penanganan medis terhambat dan ini berimbas pada pasien yang sedang menjalani pengobatan.

Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, mengatakan Indonesia merupakan salah satu negara yang terkena dampak WannaCry relatif ringan sejauh ini. Di Eropa dan beberapa wilayah lain, WannaCry sudah menjangkiti sektor lain, mulai dari transportasi hingga telekomunikasi.

Sembari mencari jalan keluar atas wabah WannaCry, ada baiknya mengevaluasi diri dan mengambil pelajaran dari fenomena ini. Menurut Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Semuel A. Pangerapan, salah satu pelajarannya, celah WannaCry menyerang sistem komputer yang “tak higienis”.

Baca: Awas, Jangan Langsung Nyalakan Komputer Kantor Hari Senin Besok!

Pentingnya update sistem operasi dan antivirus

Dalam artian, pengguna komputer yang terkoneksi internet semestinya sadar bahwa virus ada di mana-mana. Itulah pentingnya untuk terus memperbarui sistem operasi dan antivirus secara berkala.

Pasalnya, WannaCry menggerogoti komputer dengan sistem operasi Windows 8 ke bawah. Pengguna Windows 10 yang rajin update dijamin aman.

“Ini mengingatkan kembali supaya kita higienis. Sering-sering update sistem operasi komputer, karena serangan maya semakin banyak dan macam-macam bentuknya,” kata pejabat negara yang kerap disapa Semmy tersebut, Minggu (14/5/2017), usai konferensi pers yang digelar di Bakoel Koffie, Jakarta.

Sejatinya, Microsoft sudah menyadari ihwal kehadiran WannaCry. Sejak dua bulan lalu, raksasa software itu telah mengeluarkan patch untuk menanggulangi ransomware berbahaya itu.

“Para admin perusahaan sebaiknya lebih telaten. Kalau ada pembaruan, segera perbarui supaya dampaknya tidak merugikan,” Semmy mengimbau.

Hal serupa disampaikan salah satu pendiri ICT Watch, Donny B.U., pada kesempatan yang sama. Ia mengatakan update antivirus tak kalah pentingnya dengan update sistem operasi.

Kerap kali masyarakat menganggap remeh pembaruan antivirus ketika sudah pernah sekali mengunduh. Padahal, serangan maya yang semakin pintar harus ditopang dengan obat yang lebih mujarab.

“Antivirus itu tidak ada gunanya kalau tidak pernah diperbarui. Virus semakin banyak dan di mana-mana, sebaiknya secara berkala dilihat apakah antivirus masih layak atau harus diperbarui lagi,” ia menuturkan.

Baca: Jangan Remehkan Ransomware WannaCry

Urgensi backup data

Pelajaran berikutnya yang bisa diambil adalah mengenai pentingnya backup data, utamanya ke platform berbeda dan lintas sistem operasi.

Misalnya jika Anda menyimpan data penting pada komputer kantor berbasis Windows. Maka sebaiknya data itu juga disalin ke harddisk lain atau layanan penyimpanan cloud seperti Google Drive.

Backup data penting sekali supaya nggak kalang kabut kalau ada hal-hal seperti ini,” kata Semmy.

Hal ini disepakati Adi Jaelani, perwakilan Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure, yang tak bisa berkata banyak ketika ditanya soal nasib data di RS Dharmais. Menurut dia, itu semua tergantung sistem backup RS Dharmais dan dekripsi yang hingga sekarang belum bisa dipastikan kapan bisa bekerja.

“Soal data RS Dharmais, itu tergantung. Kalau mereka punya sistem backup yang beda dari jaringan utamanya, bisa aman. Kalau nggak, harus menunggu sampai ada dekripsi,” kata Adi.

Baca: Pemerintah Imbau Korban Ransomware Tidak Bayar Tebusan Rp 4 Juta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com