Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wicak Hidayat

Penulis teknologi yang saat ini terjun bebas ke dunia startup digital. Ia aktif di Code Margonda bersama komunitas lainnya di Depok. Juga berperan sebagai Tukang Jamu di sebuah usaha rintisan bernama Lab Kinetic.

kolom

Memahami Jenis-jenis "Hujan Duit" di Dunia Startup

Kompas.com - 18/05/2017, 11:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorReska K. Nistanto

Tidak heran jika ada yang bilang: dunia startup itu duitnya banyak sekali ya? Perusahaan-perusahaan digital Indonesia mendapatkan siraman duit dengan nilai yang cukup fantastis. Go-jek, misalnya, belum lama ini kabarnya “disiram” duit 1,2 miliar dollar AS.

Tokopedia, menurut kabar terakhir di April 2016, dapat 147 juta Dollar AS. Amartha, sebuah startup fintech di bidang peer to peer lending yang relatif baru, mendapatkan 5 juta Dollar AS.

Sumber dananya juga beragam. Investasi terbaru di Go-jek dipimpin oleh Tencent, salah satu raksasa internet dari Negeri Tirai Bambu. Sedangkan Tokopedia, perusahaan Jepang bernama Softbank yang disebut-sebut ada di balik investasi ke toko online tersebut. Dalam hal Amartha, adalah Mandiri Capital yang dikabarkan memberi semburan dana.

Semua kabar itu kalau diikuti satu per satu mungkin bisa membingungkan juga. Misalnya, Amartha mendapatkan pendanaan Seri A dari Mandiri Capital. Kalau Tokopedia, katanya sih sudah Seri E. Sedangkan Go-jek disebut sebagai pendanaan private equity (Nah lho, apa lagi ini?).

Kenyataannya, memang cukup membingungkan bahkan bagi mereka yang berkecimpung di dunia tersebut. Kalau dilihat secara paling sederhana, istilah seri-seri dalam pendanaan itu mengacu pada tahapan-tahapan, apakah pendanaan di tahapan awal atau yang berikutnya. Bisa dilihat, misalnya, Seri A pasti lebih awal daripada Seri E, begitu seterusnya.

Nah, kali ini, saya mau mencoba memberi gambaran tentang ronde-ronde pendanaan di industri startup yang identik dengan hujan duit.

Meskipun belum tentu tepat, karena ada saja penggunaan istilah yang sama tapi mengacu ke hal yang berbeda, tapi setidaknya bisa jadi gambaran umum lah.

Tahap awal

Gambaran romantis tentang startup adalah sekumpulan anak muda pada awalnya memiliki ide produk atau layanan digital tertentu. Mungkin, kita bisa berkhayal, mereka sedang asyik nongkrong di kost-kostan, tiba-tiba ada ide brilian. Lalu mereka memutuskan untuk mencoba mewujudkannya.

Dari sisi duit-duitan, tahapan ini boleh dibilang sebagai tahapan awal. Mereka akan menggunakan sumberdaya yang sudah mereka punya, mungkin tabungan sisa uang jajan, mungkin jual suatu barang milik mereka (handphone, motor, mobil) lalu mulai mendanai pengembangan cikal bakal dari sebuah usaha rintisan.

Pendanaan 3F

Selanjutnya, mungkin para pendirinya sadar bahwa mereka mulai tak sanggup cuma makan mie instan sehari sekali, dan butuh duit lebih untuk mengembangkan mimpi mereka. Pada tahap ini, bisa jadi pendiri startup mulai mencari-cari sumber dana, namun siapa yang mau percaya? Produk saja belum ada.

Iniliah tahap pendanaan pertama yang mengandalkan jaringan para pendirinya. Istilahnya adalah 3F, yaitu: family, friends, or fools. Sumber dana awal bisa datang dari orangtua, saudara kandung, saudara sepupu, paman, kakek, sahabat lama, atau siapa pun yang ternyata punya uang lebih dan cukup “bodoh” untuk investasi di sesuatu yang belum jelas.

Seed investment

Nah, di sini kita mulai bicara duit lebih serius. Ya, ya, ya, inilah tahapan investasi yang lebih menarik buat para investor. Biasanya di tahap ini muncul sosok yang disebut sebagai Angel Investor, perseorangan (atau sekumpulan perseorangan) yang berani ambil risiko dan mengucurkan dana ke sebuah startup.

Tapi, apa sih tujuannya menerima guyuran duit pertama ini? Hal ini yang penting sekali untuk dipahami saudara-saudara sekalian. Jangan sampai hujan duit pertama ini jadi sia-sia. Seperti istilahnya, seed investment mengambil analogi benih tumbuhan. Investasi di tahap ini adalah untuk memupuk pertumbuhan startup ke depannya, bukan untuk beli mobil mewah, atau biaya nikah.

Pendanaan seed ini seharusnya dilakukan untuk mencapai, setidaknya satu dari beberapa hal ini:

  • Pemantapan Produk; dana awal digunakan untuk mengubah ide jadi produk yang lebih jelas wujudnya.
  • Mengenal Pasar; dana awal bisa juga digunakan untuk meneliti seperti apa pasar untuk produk tersebut, siapa saja pesaingnya dan bagaimana strategi berjualan di pasar tersebut.
  • Mengenal Target; atau dana itu bisa dipakai untuk mengukur target demografi atau pemirsa dari produk / layanan yang sedang dibuat.
  • Pembentukan Tim; kemungkinan terakhir, dana ini digunakan untuk menambah anggota tim alias mulai merekrut karyawan.


Perlu saya ingatkan bahwa: Pertama, penjelasan di atas bukan penjelasan baku, bisa berbeda-beda pada setiap startup. Kedua, tidak semua startup membutuhkan investasi di tahap ini.

KOMPAS.com/ GLORI K WADRIANTO Ilustrasi

Seri A

Untuk yang tidak melakukan penggalangan dana seed investment, pendanaan Seri A adalah tahapan investasi yang pertama. Ini adalah pertama kalinya sekumpulan anak muda dengan mimpi besar itu akan berhadapan dengan gerombolan ikan hiu bernama investor yang akan mencabik-cabik mimpi mereka.

Jangan salah, bukan berarti itu hal yang buruk lho! Ada fase dalam perjalanan sebuah startup ketika memang harus berhadapan dengan kenyataan. Namun jika tahapan sebelumnya telah dicapai (dengan ataupun tanpa menerima dana dari orang lain ya) harusnya para pendiri bisa menghadapi tahapan ini dengan lebih baik.

Di Seri A, ada beberapa hal yang bisa dicapai dengan siraman dana yang datang, termasuk: mengoptimalkan jangkauan produk ke pasar; emperluas jangkauan produk ke pasar yang baru; naik level ke tahap berikutnya, bisa jadi dalam bentuk target baru atau produk baru; atau pilihan terakhir adalah untuk memadamkan dana yang “terbakar”.

Ya, di Seri A ini salah satu opsinya adalah memperpanjang nafas startup karena kekurangan dana. Wajar kok, namanya juga usaha. Mungkin terjadi sesuatu di luar kuasa para pendiri sehingga harus ada suntikan dana segar, selama para investor masih melihat potensi dan peluang, mengapa tidak?

Seri B

Kalau sudah sampai Seri B, biasanya startup itu sudah siap. Sederhananya, produknya sudah jelas bentuknya, mungkin sudah mulai promosi, atau bahkan sudah ada pengguna yang mau membayar alias sudah ada pemasukan. Lalu, kalau sudah ada pemasukan, buat apa berurusan sama pendanaan lagi?

Opsinya begini, kurang lebih, pendanaan Seri B ini bisa digunakan untuk: Mengembangkan tim menjadi jauh lebih besar, mungkin juga punya kantor baru; atau, mengembangkan pasar hingga ke negara atau wilayah lain. Dan yang ketiga, mungkin startup ini butuh dana untuk akuisisi.

Akuisisi? Yap, sebuah usaha rintisan digital juga boleh kok melakukan akuisisi dengan memanfaatkan dana investasi. Akuisisi tentunya dilakukan terhadap usaha yang dianggap bakal menambah kekuatan startup-nya, bisa jadi dari sisi sumberdaya manusia ataupun teknologi.

Masih ada lagi?

Jujur, saya juga capek nulisnya. Tapi memang masih ada lagi kok. Pendanaan itu tidak ada batasnya. Selama masih ada alasan yang benar, masih ada investor yang mau. Apalagi kalau di tahap-tahap sebelumnya ada banyak yang belum tercapai tapi kolam duit sudah terlanjur kering.

Banyak faktor yang menyebabkan ini, bukan cuma soal bakar-bakaran duit tapi juga karena hal-hal di luar kendali, misalnya ada pesaing yang juga didukung dana besar, sehingga perang tarif terjadi. Atau, ada perubahan di kondisi pasar yang tidak bisa diduga sebelumnya.

Satu hal yang perlu diingat, pendanaan adalah pilihan, bukan kewajiban. Memang, jika dilihat sekilas, hujan duit adalah sesuatu yang tampak menyegarkan. Tapi bisa jadi memang usaha yang sedang dibangun itu tidak butuh guyuran dana.

Bisa jadi, sebenarnya startup bisa bertahan sendiri dengan memanfaatkan penghasilan bisnis (istilahnya: bootstrapping).

Jadi, perhatikan betul apa yang ingin dicapai saat mau mencari pendanaan dari luar. Jangan sampai hujan duit malah jadi banjir yang membuat kapalnya tenggelam.

Baca juga: Bakar Saja Duitnya, Biar Panas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com