KOMPAS.com - Pengguna Facebook dan WhatsApp baru-baru ini diramaikan dengan pesan atau status yang berisi himbauan untuk mematikan ponsel di pesawat. Dikatakan, frekuensi ponsel bisa berbahaya dan bahkan membuat mesin turbin pesawat mati.
Isi pesan berantai itu kurang lebih menceritakan perjalanan seseorang yang duduk di pesawat salah satu maskapai nasional. Duduk di dampingnya adalah seorang insinyur Jerman yang menjadi supervisor perusahaan turbin.
Diceritakan, insiyur Jerman itu cemas karena melihat seseorang menerima SMS saat pesawat hendak mendarat.
Setelah ditanya kenapa cemas, orang Jerman yang tidak disebutkan namanya itu mengatakan bahwa apabila frekuensi ponsel atau smartphone sama dengan frekuensi mesin turbin, bisa mengganggu dan bahkan bisa berakibat turbin bisa langsung mati.
Berbicara kepada Kompas.com, Airworthiness Inspector dan praktisi dunia penerbangan Yon Karyono menegaskan, tidak ada hubungannya antara mesin turbin pesawat dengan frekuensi sinyal ponsel.
"Semua FADEC (otak komputer) di mesin pesawat, masih menggunakan sistem kabel," ujar Yon kepada Kompas.com, Jumat (19/5/2017).
Dengan demikian, sistem kabel tidak memiliki resistensi terhadap sinyal frekuensi smartphone. Karena keduanya merupakan hal yang berbeda.
"Kalau hubungan elektronik dari mesin ke kokpit pakai Wi-Fi dan ada unsur frequency oscilator, kemungkinan gangguannya (smartphone terhadap turbin) lebih nyata," terangnya.
Turbin ini mengubah energi panas menjadi energi kinetik. Panas yang dihasilkan dari ruang bakar mesin pesawat disalurkan lewat corong yang membesar. Aliran udara panas itu menggerakkan bilah-bilah turbin.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.