KOMPAS.com - Semasa kampanye pemilu presiden AS tahun lalu, Donald Trump getol berpromosi dan menyerang lawan-lawannya lewat akun Twitter pribadinya.
Trump pun mengatakan Twitter berperan besar dalam mendongkrak popularitasnya di masyarakat Negeri Paman Sam hingga kemudian bisa menjadi presiden.
"Biar saya katakan kepada Anda tentang Twitter," kata Trump dalam sebuah wawancara bulan Maret lalu. "Saya pikir saya tak akan ada di sini kalau bukan karena Twitter, karena kita punya pers yang palsu dan tidak jujur."
Lain Trump, lain pula Evan Williams. Salah satu pendiri Twitter ini justru sedih dan menyesali peran Twitter dalam mendongrak popularitas Trump, sang presiden kontroversial dari partai Republik yang banyak memicu kontroversi.
"Kalau benar dia tidak akan menjadi presiden tanpa bantuan Twitter, maka saya minta maaf," lanjut dia.
Kebiasaan Trump ngoceh lewat akun Twitter pribadinya di @realdonaldtrump terus berlanjut bahkan setelah dia resmi dilantik menjadi presiden dan mestinya tak sembarangan bicara.
Meski begitu, Jack Dorsey, seorang pendiri Twitter lainnya, justru berpikir bawa Trump sebaiknya terus nge-tweet karena hal itu bakal membantu transparansi soal administrasi Trump.
"Saya pikir sangat penting untuk membuka pembicaraan-pembicaraan tersebut ketimbang dilakukan di balik pintu tertutup," kata Dorsey.
Baca: Twitter Gugat Pemerintahan Donald Trump
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.