Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cita-cita Leonika Sari “Reblood” Bukan Cuma Soal Donor Darah

Kompas.com - 06/06/2017, 19:08 WIB
Fatimah Kartini Bohang

Penulis

MOUNTAIN VIEW, KOMPAS.com - Nama Leonika Sari sudah menggaung di industri startup Tanah Air sejak beberapa tahun terakhir. Di usianya yang belum genap 24 tahun, Leonika sudah menyabet berbagai atribusi bergengsi.

Antara lain, ia masuk ke jajaran 30 pemuda berprestasi di bawah 30 tahun versi majalah Forbes, 45 perempuan penembus batas versi Majalah Tempo, dan “100 Women” dari BBC.

Ini tak lepas dari layanan bernama Reblood yang didirikan Leonika sejak 2015 lalu. Layanan tersebut berangkat dari keprihatinan Leonika atas fakta klasik bahwa PMI selalu kekurangan persediaan kantong darah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Gambaran kasarnya, setiap 1 menit ada 10 orang mengalami kondisi kritis dan butuh transfusi darah, tapi cuma 7 orang yang bisa mendapatkan darah untuk menyambung hidup. Menurut Leonika, minimnya kesadaran masyarakat untuk mendonorkan darah ditengarai dua hal, yakni kurangnya informasi dan akses ke penyedia darah.

Reblood kemudian hadir sebagai “jembatan penghubung”. Dalam aplikasinya, ada fitur “Event” yang menampilkan acara-acara donor darah, lengkap dengan keterangan alamat, waktu, dan poster -jika tersedia.

Ketika pengguna memilih akan hadir pada event tertentu, aplikasi Reblood akan memberikan pengingat alias “Reminder” berupa pesan yang dikirim ke nomor ponsel. Ada juga fitur “Share” untuk membagikan informasi acara donor darah ke media sosial.

Sebagai penambah semangat, aplikasi Reblood dibuat berbasis game. Pengguna yang rajin donor darah akan diberikan poin untuk kemudian bisa ditukarkan dengan berbagai reward. Yang sudah-sudah, ada reward berupa tiket konser musik jazz dan tiket nonton film Beauty and the Beast.

Reward itu sifatnya musiman. Kami nggak mau orang jadi donor darah cuma untuk dapat reward,” Leonika menuturkan.

Alhasil, masalah minimnya kesadaran donor darah pelan-pelan teratasi. Setidaknya di Surabaya yang notabene adalah daerah operasi utama Reblood, persediaan kantong darah tak pernah lagi kekurangan.

Setiap harinya ada 500 kantong darah yang tersedia untuk memenuhi permintaan 200 kantong darah. Bahkan, selama Ramadhan 2016, kebutuhan yang melonjak hingga 12.000 kantong darah terpenuhi oleh 14.000 persediaan kantong darah.

Tak berhenti di donor darah

Meski Reblood berangkat dari problematika donor darah, Leonika sejatinya punya cita-cita yang lebih besar. Ia ingin menjadikan Reblood sebagai ekosistem untuk membantu masyarakat mengimplementasikan gaya hidup sehat.

Ia mengatakan ada tiga penyakit yang diprediksi akan masif di tahun 2030.
Masing-masing adalah diabetes, penyakit pernapasan, dan kardioveskular yang merupakan penyempitan pembuluh darah.

“Semuanya adalah penyakit yang berasal dari gaya hidup tidak sehat,” ujar Leonika.

Artinya, solusi atas penyakit-penyakit mematikan itu cuma satu: mengimplementasikan gaya hidup sehat. Sayangnya, godaan untuk tidak berolahraga, makan tidak sehat, dan menjalani pola tidur tak teratur sangatlah kuat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com