Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Telegram dan WhatsApp Sama-sama Pakai Enkripsi, Apa Bedanya?

Kompas.com - 15/07/2017, 11:11 WIB
Deliusno

Penulis

KOMPAS.com - Aplikasi chatting populer Telegram baru saja diblokir di Indonesia. Meski begitu, pemblokiran baru terjadi di tingkat peramban (browser) komputer dan mobile. Bukan di aplikasi mobile.

Layanan Telegram untuk saat ini masih bisa diakses melalui aplikasi di smartphone.

Telegram sendiri banyak digunakan karena dianggap mampu memberikan rasa aman bagi para penggunanya. Aplikasi bikinan perusahaan Rusia itu memang dilengkapi dengan teknologi enkripsi yang membuatnya sulit untuk diretas.

Ngomong-ngomong soal enkripsi, Telegram sebenarnya bukan satu-satunya aplikasi chatting gratis yang dibekali kemampuan tersebut. Ada satu lagi aplikasi populer lain yang punya kemampuan seperti itu, yakni WhatsApp.

Pertanyaannya, apa yang membedakan Telegram dan WhatsApp, terutama dari segi keamanan?

Telegram adalah aplikasi gratis buatan Rusia yang memungkinkan orang bertukar pesan, foto, dan video dalam kelompok, hingga 5.000 pengguna. Pendirinya adalah Nikolai Durov dan Pavel Durov.

Sementara itu, WhatsApp didirikan oleh Jan Koum dan Brian Acton. Saat ini, aplikasi tersebut sudah diakuisisi oleh Facebook.

Enkripsi berbeda

Memang Telegram dan WhatsApp sama-sama menggunakan teknologi enkripsi. Meski begitu, keduanya menggunakan teknologi yang berbeda.

Telegram menggunakan teknologi enkripsi bikinan sendiri bernama MTProto. Protokol itu dikerjakan langsung oleh Nikolai Durov, salah satu pendiri Telegram.

Teknologi tersebut berbasiskan enkripsi AES 256-bit, enkripsi RSA 2048, dan Diffie-Hellman.

Teknologi enkripsi ini sangat dibanggakan oleh Telegram. Sampai-sampai, Telegram menawarkan hadiah uang sangat besar bagi yang mampu membobolnya.

Berbeda dari Telegram yang sedari awal sudah menawarkan layanan chatting terenkripsi, WhatsApp baru belakangan ini memakai layanan enkripsi.


WhatsApp sendiri menggunakan layanan enkripsi dari perusahaan bernama Open Whisper System. Teknologi enkripsi yang digunakan di tiap layanan pun berbeda.

Untuk layanan pengiriman pesan, teknologi enkripsi yang digunakan bernama Signal Protocol dan layanan telepon menggunakan SRTP.

Dengan teknologi enkripsi seperti itu, WhatsApp mengklaim tidak bisa dekripsi pesan yang sudah dienkripsi oleh sistem. Artinya, WhatsApp sendiri tidak bisa membaca pesan yang ada.

Perbedaan lainnya

Perusahaan keamanan Fortinet mencatat beberapa kelebihan yang dimiliki WhatsApp dari segi keamanan. Yang pertama adalah tidak ada pesan yang disimpan di server.

Memang semua pesan yang dikirim pengguna akan dialirkan melalui server WhatsApp. Namun, setelah dikirim, pesan tersebut akan terhapus dari server.

Meski begitu, ada beberapa laporan yang menyebutkan bahwa WhatsApp pernah menyerahkan data percakapan ke pemerintah negara tertentu.

Kelebihan lainnya, pesan yang ada di bagian grup juga aman karena telah dienkripsi.

Kelemahan WhatsApp, sebagaimana KompasTekno rangkum dari blog Fortinet, Sabtu (14/7/2017), salah teknologi enkripsi yang digunakan oleh WhatsApp, yakni Curve25519, dikatakan kurang banyak dipelajari seperti RSA.  Selain itu, kemampuan enkripsinya pun baru hadir baru-baru ini.

Baca: WhatsApp Kini 100 Persen Aman untuk Percakapan Rahasia

Masih menurut Fortinet, kelebihan Telegram dari segi keamanan adalah teknologinya yang open source. Oleh karena itu, enkripsi bisa dikembangkan beramai-ramai dan dari developer seluruh dunia.

Kelemahannya sendiri, Telegram menggunakan teknologi SHA1. Teknologi itu kurang begitu dipilih dibandingkan dengan SHA256.

Kelemahan lainnya, pesan yang terkirim di aplikasi Telegram disimpan di server milik Telegram. Meski begitu, Telegram mengklaim tidak akan mengakses data percakapan itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com