KOMPAS.com - Dengan ditetapkannya Telkomsel sebagai pemenang seleksi pengguna atau lelang frekuensi 2,3 GHz (2.300 MHz) dengan harga penawaran Rp 1,007 triliun, operator seluler tersebut resmi mendapatkan spektrum tambahan selebar 30 MHz di frekuensi itu.
Kendati harganya terkesan tinggi, namun pihak Telkomsel berpendapat harga Rp 1 triliun masih wajar dan jauh lebih rendah dibandingkan apa yang dibayarkan oleh operator selulaar di negara berkembang lain.
Direktur Planning and Transformation Telkomsel, Edward Ying mecontohkan operator di India yang mesti membayar empat kali lebih mahal dengan hitungan 0,34 dollar AS per MHz per populasi.
“Sementara, Telkomsel di Indonesia membayar 0,08 dollar AS per MHz per populasi,” jelas Ying ketika berbicara dalam konferensi pers yang digelar Telkomsel pasca penetapan sebagai pemenang lelang frekuensi 2,3 GHz di Jakarta, Senin (23/10/2017).
Baca : Menang Frekuensi 2.300 MHz, Telkomsel Janji Streaming Video Bebas Lag
Belum lagi jika dibandingkan dengan negara-negara maju, seperti Korea Selatan, Singapura, Australia, atau Hong Kong yang bisa lima kali lipat lebih tinggi dibandingkan Indonesia.
Komposisi alokasi frekuensi yang dimiliki Telkomsel kini menjadi sebagai berikut: frekuensi 2,3 GHz dengan lebar pita 30 MHz, frekuensi 2,1 GHz dengan lebar pita 15 MHz, frekuensi 1,8 GHz dengan lebar pita 22,5 MHz, frekuensi 900 MHz dengan lebar pita 7,5 MHz, dan frekuensi 800 MHz dengan lebar pita 7,5 MHz.
Tak mengganggu kinerja keuangan
Angka Rp 1 triliun tadi masih belum termasuk biaya-biaya lain seperti up front fee dan spectrum fee. Total kocek yang mesti dirogoh Telkomsel bisa mencapai lebih dari Rp 3 triliun.
Meski begitu, Direktur Utama Telkomsel, Ririek Adriansyah mengatakan hal tersebut tak akan mengganggu kinerja keuangan perusahaan di tahun 2017, karena sudah diantisipasi dan dianggarkan sebelumnya.
“Pada kuartal ke-IV pun kami sudah siap menghadapi lelang frekuensi. Jadi nanti sudah masuk ke laporan keuangan tahun ini,” ujar Ririek seraya menambahkan sumber dana berasal dari kas internal Telkomsel.
“Dengan jumlah pelanggan dan tuntutan kualitas 4G, spektrum Telkomsel terbatas, sumpek. Tanpa tambahan spektrum ini, pengalaman 4G pengguna jadi terbatas,” kata Ririek.
Frekuensi ekstra yang didapatkan Telkomsel diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan kecepatan layanan 4G, utamanya di kota-kota besar yang jumlah pelanggannya banyak dan padat.
Telkomsel pun berencana membangun 500 BTS 4G dengan dukungan frekuensi 2,3 GHz hingga akhir tahun 2017. Ratusan itu akan dikonsentrasikan di area Jabodetabek. Kota-kota besar lain, terutama di Pulau Jawa seperti Bandung dan Surabaya, dijadwalkan menyusul di kemudian waktu.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.