Menurut M Adlan Bin Ahmad Tajudin, Direktur dan CFO (Chief Excecutive Finance) PT XL Axiata, setiap tahun ada sekitaran 600 juta kartu SIM perdana yang dijual ke pasar oleh (semua) operator.
Informasi menyebutkan, dengan harga modal Rp 5.000 per keping SIM atau sejumlah Rp 3 triliun itu, operator mewajibkan distributor menebusnya Rp 10.000 karena sudah diisi pulsa Rp 5.000.
Tetapi akibat persaingan ketat untuk mendapat pelanggan baru, di pasar kartu perdana tadi dijual murah, sekitaran Rp 5.000.
Kenyataannya, dari 600 juta perdana itu, yang benar-benar menjadi pelanggan baru, diukur dari pengisian pulsa setidaknya tiga kali, hanya enam sampai 10 juta. Itu pun yang benar-benar pelanggan baru hanya sekitar satu juta sampai dua juta.
Sisanya sekadar zero sum game, penambahan jumlah pelanggan satu operator mengurangi jumlah pelanggan operator lain, akibat churn.
Di sisi lain, ada operator yang membiarkan jutaan kartu nol pulsa itu sebagai kartu aktif sampai setahun. Tujuannya agar basis data jumlah pelanggannya bisa tinggi.
Kebijakan ini kuno, karena investor tidak lagi menilai operator dari jumlah pelanggan melainkan dari berapa besar ARPU-nya. Menjadi rahasia umum, ada operator pendapatannya hampir sama dengan operator lain tetapi jumlah pelanggannya beda hampir dua kali lipat.
Kini dengan prosedur yang terverifikasi data Kemendagri, pendaftaran ulang kartu SIM yang berakhir pada 28 Februari 2018 akan menghasilkan jumlah pelanggan murni yang diperkirakan antara 170 juta dan 200 juta, sisanya akan diblokir.
Positifnya bagi operator, angka pelanggan murni ini yang akan membuat ARPU terkerek, sehingga industri menjadi lebih sehat.
Operator pun tidak perlu lagi menggerojok pasar yang sejatinya membebani para distributor karena mereka yang harus menanggung selisih harga operator dan harga pasar.
Tahun depan, mungkin operator hanya akan menyuplai pasar tidak sampai dua puluh juta keping SIM perdana, yang berarti mengurangi pengeluaran operator secara signifikan.
Pihak yang terdampak langsung memang para penjual kartu perdana yang kalaupun marginnya naik jadi Rp 10.000 tetap saja penghasilan anjlok karena volumenya rendah.
Di satu sisi, keinginan pemerintah agar operator bisa menjual kartu perdana dengan harga lebih mahal, taruh Rp 50.000 atau Rp 100.000 bisa tercapai.
Sistem registrasi menggunakan NIK dan KK membuat tak akan ada lagi orang yang berani menggunakan ponselnya untuk penipuan, ancaman, teror dan sebagainya. Karena hanya dengan sekali klik, nama dan alamatnya langsung diketahui.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.