Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1000 "Paus" Disebut Menguasai 40 Persen Pasar Bitcoin

Kompas.com - 13/12/2017, 09:09 WIB
Fatimah Kartini Bohang

Penulis

Sumber Bloomberg

KOMPAS.com - Mata uang digital bitcoin semakin ramai diperbincangkan, menyusul nilainya yang terus melambung tinggi. Pada akhir November lalu, nilai bitcoin “menggila” di angka 9.671 dollar AS atau Rp 130 juta per keping.

Peningkatannya hampir 12 kali lipat dari awal tahun. Nilai yang terhitung fluktuatif ini dipengaruhi beberapa hal, salah satunya daya jual-beli para pemegang bitcoin.

Menurut Head of Financial Markets Research dari perusahaan investasi global AQR Capital Management, Aaron Brown, sekitar 40 persen dari bitcoin yang beredar saat ini dipegang oleh 1.000 pengguna.

1.000 orang ini lantas dijuluki “whale” atau paus. Jika salah satu whale menjual sebagian atau seluruh porsi yang ia punya, nilai bitcoin akan “goyang”. Lebih dari itu, para whale pun bisa membentuk sebuah kolektif yang terstruktur dan terkoordinasi untuk mengontrol harga bitcoin semau mereka.

Kolektivitas pemain awal

Pasalnya, para whale umumnya saling mengenal satu sama lain. Mayoritas dari mereka adalah pemain awal di dunia bitcoin, ketika duit virtual tersebut masih menjadi ejekan karena dinilai kurang berprospek. Bisa dibilang mereka dulunya kaum minoritas yang sepemikiran, senasib, dan sepenanggungan.

“Menurut saya ada ratusan orang (yang saling mengenal). Mereka bisa saja saling berhubungan satu sama lain,” kata Managing Partner di pasar mata uang digital alias cryptocurrency Multicoin Capital, Kyle Samani.

Skenario simpelnya, para whale bisa sepakat menggencarkan investasi bitcoin mereka hingga nilai pasarnya tinggi. Lalu pada satu titik, mereka secara bersamaan menjual aset yang mereka punya dan menyebabkan nilai bitcoin tersungkur ke titik terendah.

Jika sudah begitu, para investor bitcoin kelas teri bakal rugi besar. Terlebih para pemain bitcoin baru yang langsung berinvestasi banyak, tetapi tak sebanyak yang dimiliki para whale sehingga belum bisa memengaruhi pasar.

“Seperti di semua jenis aset, pemegang besar baik individu maupun institusi bisa berkolusi untuk memanipulasi harga,” kata pendiri firma investasi cryptocurrency BlocTower Capital, Ari Paul.

“Dalam cryptocurrency, manipulasi bisa ekstrim karena pasarnya masih sangat baru dan ciri khas asetnya sangat spekulatif,” Ari Paul menambahkan.

Aturan masih longgar

Regulator keuangan global dinilai lambat menetapkan aturan soal cryptocurrency yang perkembangannya masif. Aturan-aturan yang ada sekarang masih keruh sehingga nilai bitcoin pun tak stabil.

Selain para whale yang bisa menggoyang harga dari transaksi jual-beli dalam nilai besar, para pedagang bitcoin juga kerap menyebarkan rumor tertentu demi keuntungan mereka. Penipuan semacam ini pun belum diatur tindak hukumnya.

“Belum ada transparansi pada pasar ini (bitcoin),” kata Martin Mushkin, seorang pengacara yang fokus pada isu seputar bitcoin.

"Dalam bisnis sekuritas, segala sesuatu yang material harus diungkapkan. Dalam dunia mata uang virtual, sangat sulit untuk mengetahui apa yang sedang terjadi,” ia menambahkan.

Baca juga : Kisah Bitcoin Senilai Rp 1 Triliun yang Terbuang ke Tempat Sampah

Upaya meredam manipulasi harga

Salah satu pasar pertukaran mata uang digital, Bittrex, mengambil kebijakan sendiri untuk penggunanya. Bittrex mengatakan akun pengguna bisa ditangguhkan jika ketahuan bergabung dalam sebuah kelompok tertentu untuk memanipulasi harga.

Kyle Samani pun mengaku secara konsisten mengawasi aktivitas perdagangan yang dilakukan pemain besar lewat Multicoin Capital. Transaksi bitcoin memang dirancang anonim, akan tetapi pihak yang saling berhubungan bisa mengetahui satu sama lain dengan alamat pengkodean tertentu.

Ketika Kyle Samani melihat ada aktivitas transaksi yang mencurigakan, ia akan menghubungi pedagangnya dan menanyakan motivasi dari transaksi yang dilakukan.

Beberapa pemegang bitcoin, kata Kyle Samani, akhirnya memilih langsung bertransaksi satu sama lain tanpa melalui pasar terbuka. Hal tersebut dilakukan oknum tertentu agar tak memengaruhi harga pasar.

Masa depan pengganti duit tradisional?

Selain dari transaksi jual-beli, kenaikan harga baru-baru ini sulit dijelaskan secara detil karena bitcoin tidak memiliki nilai intrinsik.

Diluncurkan pada tahun 2009 melalui sebuah kertas putih yang ditulis dengan nama samaran, bitcoin adalah bentuk pembayaran digital yang dikelola oleh jaringan komputer independen di internet dengan menggunakan kriptografi untuk memverifikasi transaksi.

Moda transaksi menggunakan bitcoin kemudian populer mulai 2014 dan kini semakin di kalangan masyarakat modern. Orang-orang yang percaya dengan masa depan bitcoin memperkirakan mata uang tersebut bisa menggantikan bank dan bahkan uang tradisional.

Karena itu, meski para whale bisa saja menjual seluruh bitcoin mereka dan kaya mendadak, beberapa orang menilai opsi itu kurang dipertimbangkan.

“Saya percaya para whale tak akan menghancurkan pasar mereka,” kata salah satu pedagang bitcoin yang tinggal di Praha, Sebastian Kinsman.

Bitcoin sendiri merupakan salah satu jenis cryptocurrency yang paling populer. Ada beberapa jenis mata uang digital lain seperti ether, litecoin, namecoin, swiftcoin, dash, titcoin, IOTA, NEM, burstcoin, ripple, omni, primecoin, dan sebagainya.

Baca juga : Samsung Daur Ulang Galaxy S5 Jadi Penambang Bitcoin

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Bloomberg

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com