Kisruh net neutrality ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi ada kepentingan OTT yang ingin agar layanannya bisa diakses oleh konsumen tanpa harus khawatir bakal diperlambat atau diblokir.
Di sisi lain, penyedia jasa akses internet (ISP, operator) juga berkepentingan mendapat pendapatan dari infrastruktur telekomunikasi dan internet yang telah dibangunnya.
Kalau ISP bisa diibaratkan sebagai pembangun dan pemilik jalan, maka OTT dan pelanggan internet (konsumen) adalah pengguna jalan tersebut.
Kepentingan sang pembangun jalan untuk mendapatkan untung inilah yang dimaksud oleh Komisioner FCC, Ajit Pai saat mengatakan bahwa masalah internet di AS bukan “keterbatasan akses”, melainkan “ketiadaan akses”.
“Kami membantu konsumen dan mendorong kompetisi,” ujar Pai. “Penyedia broadband akan dapat lebih banyak insentif untuk membangun jaringan, terutama ke daerah-daerah yang belum terjangkau.”
Netralitas internet di Indonesia
Lain ladang, lain belalang. Meski ramai didiskusikan di Amerika Serikat, gaung net neutrality relatif tak terdengar di Tanah Air. Para pemangku kepentingan di Indonesia cenderung mengambil posisi berlawanan dengan netralitas internet.
Misalnya, saat operator seluler Indosat meluncurkan program internet gratis hasil kerja sama dengan Facebook, Internet.org, pada 2014 silam.
Penggratisan internet.org dianggap tidak adil oleh sebagian kalangan, lantaran hanya mencakup sebagian kecil penyedia konten internet, sementara sisanya tetap hanya bisa diakses dengan internet berbayar. Indosat kemudian dengan tegas menyatakan tidak mendukung netralitas internet.
Baca juga: Di Indonesia, Internet Tak Perlu Adil dan Setara?
Lalu ada juga grup Telkom yang langsung memblokir layanan video streaming on-demand Neflix, saat pertama kali masuk ke Indonesia awal 2016 lalu.
Dari sisi pemerintah juga setali tiga uang. Ada situs video sharing Vimeo yang hingga kini masih diblokir karena dianggap bermuatan pornografi. Sedangkan, YouTube dan layanan lain yang sejenis tetap bisa diakses dengan bebas.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.