Tak heran media sosial yang dirilis pada 2016 tersebut dijuluki “Twitter untuk orang-orang rasis”. iOS dan Android pun menolak keberadaan Gab pada toko aplikasi mereka.
Para pengguna hanya bisa mengaksesnya dalam bentuk situs via peramban. Media sosial ini tak pernah populer di Indonesia, pengguna globalnya pun hanya 225.000-an.
Meski sedikit, pengguna Gab bisa dibilang loyal karena punya karakteristik yang tersegmentasi. Itulah yang membuat Gab tetap bertahan.
4. Myspace
Sebelum Facebook menjadi sepopuler sekarang, Myspace adalah media sosial dengan basis pengguna terbesar seantero ranah maya. Diluncurkan pada 2003, Myspace menjadi pesaing terberat Friendster.
Keunggulannya terletak pada kemampuan memodifikasi profil sesuai karakter, dengan latar belakang musik sesuai pilihan pengguna dan ragam GIF yang menggemaskan.
Saat ini Myspace masih hidup, tetapi terkhusus bagi para pehobi musik dan pop-culture yang tersegmentasi. Pengguna aktif bulanannya sekitar 15 jutaan.
5. Yo
Media sosial Yo awalnya dikira sebagai guyonan, mengingat tanggal rilisnya bertepatan dengan perayaan April Mop pada 2014 lalu. Mulanya kegunaannya hanya satu, memungkinkan pengguna mengirimkan imbuhan “yo” untuk pengguna lain.