Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zuckerberg Bakal Kembalikan Facebook Jadi Lebih Bermakna

Kompas.com - 12/01/2018, 13:10 WIB
Oik Yusuf

Penulis

Sumber Recode

KOMPAS.com - Aneka konten dari situs berita dan pengiklan selama ini banyak bercampur baur dengan posting teman-teman dan keluarga di linimasa pengguna Facebook.

Mark Zuckerberg, sang empunya Facebook, rupanya menilai arus konten dari pihak di luar lingkaran pertemanan pengguna tersebut sudah terlalu banyak sehingga mesti dikurangi.

Raksasa jejaring sosial itu pun memutuskan untuk mengubah algoritma News Feed agar menampilkan lebih sedikit konten publik dari publisher dan brand.

“Posting dari bisnis, brand, dan media menyesakkan momen-momen pribadi yang menghubungkan kita dengan sesama,” tulis Zuckerberg dalam sebuah posting Facebook yang diunggah Kamis kemarin.

Langkah Facebook ini terbilang mengejutkan karena bisa berakibat pada menurunnya pendapatan iklan Facebook yang bergantung pada waktu yang dihabiskan pengguna di Facebook.

Zuckerberg pun berterus terang soal kemungkinan itu. “Dengan menerapkan perubahan ini, saya rasa waktu yang dihabiskan pengguna di Facebook, berikut beberapa parameter engagement, akan mengalami penurunan,” imbuh Zuckerberg, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Re/code, Jumat (12/1/2018).

Toh, Zuckerberg agaknya merasa perubahan News Feed akan memberi manfaat jangka panjang yang lebih penting daripada keuntungan jangka pendek.

Dengan lebih banyak menyuguhkan posting dari pengguna lain, diharapkan para pengguna Facebook bakal lebih banyak berinteraksi dengan sesama.

“Waktu yang dihabiskan orang-orang di Facebook akan lebih bermakna. Kalau kami melakukan hal yang benar, saya yakin akibatnya akan baik untuk komunitas dan bisnis kami,” tulis Zuckerberg.


Upaya meredam kritik?

Facebook sebelumnya banyak dikritik karena algoritma News Feed mengutamakan konten dan berita yang sesuai dengan pandangan pengguna, termasuk dalam hal politik sehingga pengguna terperangkap dalam gelembung realitanya sendiri yang belum tentu mewakili keadaan sebenarnya.

Facebook juga dituding ikut mempengaruhi hasil pemilu presiden Amerika Serikat pada 2016 dengan menyebarkan berita dan informasi yang menyesatkan.

Terlebih, tahun lalu Facebook mengungkap bahwa memang ada agen-agen asal Rusia yang menyebarkan posting dan iklan untuk memecah belah publik AS menjelang pemilu presiden.

Perubahan algoritma News Feed memunculkan dugaan bahwa Facebook berupaya meredam gelombang kritik tersebut. Meski, belum jelas juga apakah hal ini bisa meredam perangkap gelembung realita atau penyebaran berita palsu, misalnya lewat tautan yang disebar oleh teman atau kerabat.

Di sisi lain, para pengelola media, pengiklan, dan pihak-pihak lain yang selama ini telah berusaha menyesuakan konten agar bisa menjangkau audience lewat News Feed akan terkena dampak langsung dari perubahan algoritma Facebook.

Namun, berdasarkan riset eksternal dan internal Facebook, konten-konten dari media, pengiklan, dan lain-lain ini dinilai hanya bersifat pasif, dalam artian hanya dikonsumsi oleh pengguna tanpa mengundang interaksi. Beda halnya dengan posting dari sesama pengguna yang memancing engagement.

Facebook mengungkapkan bahwa para penggunanya sudah merasa bahwa bahwa jejaring sosial itu sudah terlalu jauh bergeser dari konten berorientasi teman-teman dan terutama.

“Gelombang konten publik ini membuat kami berpikir kembali tentang apa tujuan kami,” kata Zuckerberg dalam sebuah wawancara dengan The New York Times. “Kalau kami ingin membantu orang-orang membangun relasi, maka kami harus melakukan penyesuaian.”

Baca juga : Eks Boss Facebook: Saya Bersalah Ciptakan Pemecah Belah Masyarakat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Recode
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com