Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bill Gates Gelontorkan Rp 533 Miliar untuk Sapi

Kompas.com - 30/01/2018, 13:05 WIB
Rizky Chandra Septania

Penulis

KOMPAS.com - Pasca menggelontorkan uang untuk membayar hutang Nigeria, Bill Gates membuka dompetnya untuk investasi. Namun, ia tidak menanam uang pada perusahaan teknologi, melainkan untuk menciptakan sapi berkualitas super.

Tak tanggung-tanggung, besaran uang yang dikucurkan oleh Gates mencapai 40 juta dollar AS (sekitar Rp 533 miliar). Oleh Gates, uang ini diserahkan melalui organisasi non-profit yang bermarkas di Eidinburgh, Skotlandia, GALVmed dan bekerja sama dengan Universitas Eidinburgh.

Melalui inisiasi ini, pendiri Microsoft itu ingin menciptakan sapi yang dapat memproduksi susu empat kali lebih banyak, sekaligus mampu bertahan hidup di cuaca panas seperti di Afrika. Sebab, selama ini sapi dengan penghasil susu terbaik tinggal di wilayah sub-tropis.

Tidak disebutkan bagaimana sapi kualitas super tersebut diciptakan. Namun berdasarkan informasi yang dikutip KompasTekno dari Business Insider, Selasa (30/1/2018) gen sapi super bakal didapat lewat cara inseminasi (kawin suntik).

Jika sudah mendapatkan jenis sapi super yang sesuai, hewan memamah biak itu akan dialokasikan ke sejumlah negara di Afrika. Sebab tujuan Gates mengembangkan sapi kualitas super adalah untuk mengatasi kelaparan.

Selain menciptakan sapi kualitas super, dana yang diberikan oleh orang terkaya kedua tahun 2017 ini akan dialokasikan juga untuk mengembangkan tanaman bebas hama dan penyakit.

Selama ini, penyakit yang menyerang tanaman pangan seringkali mengakibatkan petani Afrika gagal panen. Ini tentu saja berimbas pada perekonomian petani dan meningkatnya kasus kelaparan di Afrika.

Bantu penelitian

Kucuran dana segar yang digelontorkan bos Microsoft tersebut tidak hanya akan membantu mengatasi masalah kelaparan, tetapi juga berkontribusi pada kemajuan penelitian Inggris, terutama di bidang pertanian dan peternakan.

Menurut Menteri Pembangunan Internasional Inggris, Penny Mordaunt, selama ini Afrika telah mengalami krisis pangan yang diakibatkan berbagai faktor. Mulai dari kondisi alam yang tidak menentu hingga wabah penyakit.

Dengan bantuan dana dari Bill Gates, tim peneliti dari Universitas Eidinburgh akan membawa nama Inggris untuk menciptakan terobosan baru. Nantinya terobosan ini diharapkan dapat mengatasi masalah kemiskinan, kelaparan, dan wabah penyakit yang menyerang sebagian negara Afrika.

Aep Suherman (45), peternak sapi perah di Desa Wanasuka, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, memberi makan sapinya, Kamis (7/9/2017). Dengan memperbaiki desain kandang, tempat pakan, lantai rebahan sapi, dan pola perawatan, Aep dapat meningkatkan produktivitas sapinya dari 12-14 liter per ekor per hari menjadi 15-17 liter per ekor per hari.KOMPAS/MUKHAMAD KURNIAWAN Aep Suherman (45), peternak sapi perah di Desa Wanasuka, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, memberi makan sapinya, Kamis (7/9/2017). Dengan memperbaiki desain kandang, tempat pakan, lantai rebahan sapi, dan pola perawatan, Aep dapat meningkatkan produktivitas sapinya dari 12-14 liter per ekor per hari menjadi 15-17 liter per ekor per hari.
"Ini akan membantu Inggris menciptakan dunia yang lebih sehat, aman, dan sejahtera bagi kita semua," ujar Mordaunt seperti dikutip KompasTekno dari Dailymail.

Saat ini, sejumlah penyakit ternak tengah melanda beberapa negara Afrika. Salah satunya adalah African Malay Trypanosomiasis (AAT) yang dapat menginfeksi ternak dan manusia.

Per tahunnya, penyakit AAT membunuh sedikitnya 3 juta ekor sapi. Tidak sampai di situ, penyakit ini juga menelan anggaran sekitar 4 triliun dollar AS (sekitar Rp 53,3 triliun) per tahunnya.   

Lewat penelitian yang didanai Gates, tim peneliti Universitas Eidinburgh menargetkan bahwa obat untuk penyakit ini akan tersedia dalam 5 tahun ke depan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com