Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Christopher Wylie, Mahasiswa Pengungkap Kebocoran Data Pengguna Facebook

Kompas.com - 23/03/2018, 10:01 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Reza Wahyudi

Tim Redaksi

Bahkan, Wylie menuturkan, aplikasi tersebut bisa merangsek ke pesan pribadi di Facebook meski ia tak tahu apakah Cambridge Analytica juga mengakses pesan pribadi atau tidak. 

Email dari Aleksandr Kogan kepada Wylie tentang sifat-sifat yang dapat diprediksi melalui aplikasiNew York Times Email dari Aleksandr Kogan kepada Wylie tentang sifat-sifat yang dapat diprediksi melalui aplikasi

"Kami hanya perlu menyentuh ratusan ribu akun orang, lalu menyebarkannya lebih luas ke seluruh wilayah AS", ungkap Wylie.

Memang, aplikasi Kogan hanya diunduh 270.000 pengguna Facebook, tetapi dampaknya hingga puluhan juta data pengguna. Wylie menambahkan hanya perlu dua hingga tiga bulan untuk memanen 50-60 juta data pengguna.

Memanfaatkan psikologi untuk memengaruhi pemilih

Wylie sempat berujar bahwa dirinya telah membuat senjata perang psikologi untuk Steve Bannon. Menurut dia, Steve sangat ambisius karena dirinya meyakini bahwa untuk mengubah politik harus mengubah dulu budayanya karena politik mengalir dalam budaya. Lantas untuk mengubah budaya, maka ubahlah masyarakatnya.

"Jika Anda ingin mengubah masyarakat, hancurkan dulu. Setelahnya, kumpulkan pecahan tersebut menjadi masyarakat baru sesuai visi Anda," imbuh mahasiswa PhD jurusan fashion trend forecasting ini.

Baca juga: Eks Pegawai Tidak Kaget Data Pengguna Facebook Dicuri Konsultan Pilpres

Wylie kemudian merancang Psychological Operation (Psyop), sebuah operasi untuk menyampaikan informasi tertentu, memengaruhi emosi audiens, memotivasi dan memberikan alasan obyektif.  Untuk menjajaki pemilih, mereka mengumpulkan data banyak orang untuk membangun profil psikologisnya.

"Kami menargetkan mereka bukan sebagai pemilih, namun sebagai personal politik", ujar Wylie.

Setelahnya, tim kreatif, desainer, videografer, dan fotografer membuat konten yang akan dikirim ke target—dalam hal ini adalah para calon pemilih—yang disebar ke internet.

Menciptakan situs, blog, dan konten apa pun, selama target bisa mudah mencarinya, mengkliknya, lalu membiarkan mereka masuk semakin dalam ke konstruksi yang dibangun melalui psikologi.

Wylie pun menjelaskan, jika cara ini berbeda dengan cara konservatif dengan narasi di depan umum.

"Anda bisa membisikkan ke setiap telinga target, bahkan membisikkan hal berbeda dari satu target ke target yang lainnya. Kami mengambil risiko untuk mem-framing masyarakat", imbuh Wylie.

Akun Facebook, WhatsApp, dan Instagram ditangguhkan

Dilansir KompasTekno dari CNBC, akun Facebook Wylie di-suspend atas kejadian ini. Ia mengklaim jika akun WhatsApp dan Instagram, yang juga berada di bawah Facebook, ikut ditangguhkan meskipun perwakilan WhatsApp sempat membantah hal ini.

Wylie menjelaskan konsekuensi membeberkan informasi pribadi di media sosial.

"Di media sosial, Anda mengurasi diri Anda sendiri, Anda menaruh banyak informasi tentang siapa diri Anda di satu tempat, yang dapat ditangkap dengan mudah lalu dijalankan melalui algoritma yang akan mempelajari siapa diri Anda," ujarnya.

Baca juga: Zuckerberg Akhirnya Angkat Bicara soal Kebocoran Data Facebook

 Wylie mengaku menyesal terjerumus dalam skandal ini.

"Saya menyesal. Perkara itu jelas tidak etis karena Anda memainkan psikologi semua negara bagian di AS tanpa mereka tahu dan mengerti," aku pria asal Kanada ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com