"Jika Anda ingin mengubah masyarakat, hancurkan dulu. Setelahnya, kumpulkan pecahan tersebut menjadi masyarakat baru sesuai visi Anda," imbuh mahasiswa PhD jurusan fashion trend forecasting ini.
Baca juga: Eks Pegawai Tidak Kaget Data Pengguna Facebook Dicuri Konsultan Pilpres
Wylie kemudian merancang Psychological Operation (Psyop), sebuah operasi untuk menyampaikan informasi tertentu, memengaruhi emosi audiens, memotivasi dan memberikan alasan obyektif. Untuk menjajaki pemilih, mereka mengumpulkan data banyak orang untuk membangun profil psikologisnya.
"Kami menargetkan mereka bukan sebagai pemilih, namun sebagai personal politik", ujar Wylie.
Setelahnya, tim kreatif, desainer, videografer, dan fotografer membuat konten yang akan dikirim ke target—dalam hal ini adalah para calon pemilih—yang disebar ke internet.
Menciptakan situs, blog, dan konten apa pun, selama target bisa mudah mencarinya, mengkliknya, lalu membiarkan mereka masuk semakin dalam ke konstruksi yang dibangun melalui psikologi.
Wylie pun menjelaskan, jika cara ini berbeda dengan cara konservatif dengan narasi di depan umum.
"Anda bisa membisikkan ke setiap telinga target, bahkan membisikkan hal berbeda dari satu target ke target yang lainnya. Kami mengambil risiko untuk mem-framing masyarakat", imbuh Wylie.
Akun Facebook, WhatsApp, dan Instagram ditangguhkan
Dilansir KompasTekno dari CNBC, akun Facebook Wylie di-suspend atas kejadian ini. Ia mengklaim jika akun WhatsApp dan Instagram, yang juga berada di bawah Facebook, ikut ditangguhkan meskipun perwakilan WhatsApp sempat membantah hal ini.
Wylie menjelaskan konsekuensi membeberkan informasi pribadi di media sosial.
"Di media sosial, Anda mengurasi diri Anda sendiri, Anda menaruh banyak informasi tentang siapa diri Anda di satu tempat, yang dapat ditangkap dengan mudah lalu dijalankan melalui algoritma yang akan mempelajari siapa diri Anda," ujarnya.
Baca juga: Zuckerberg Akhirnya Angkat Bicara soal Kebocoran Data Facebook
Wylie mengaku menyesal terjerumus dalam skandal ini.
"Saya menyesal. Perkara itu jelas tidak etis karena Anda memainkan psikologi semua negara bagian di AS tanpa mereka tahu dan mengerti," aku pria asal Kanada ini.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.