Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

40 Tahun Lalu E-mail "Spam" Pertama Dikirim, Isinya?

Kompas.com - 04/05/2018, 19:41 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seringkali kita mendapati pesan tak diinginkan di e-mail. Pesan-pesan tersebut tak jarang dibuang ke folder khusus yang disebut "spam". Lalu, siapakah yang pertama mengirim e-mail spam?

Seorang marketer asal Amerika Serikat, Gary Thuerk adalah orang pertama yang memberondong pesan tak diinginkan, ke 400 penerima pada tahun 1978.

Thuerk, yang kala itu menjabat sebagai manajer pemasaran perusahaan komputer Digital Equipment Corporation, mengirimkan promosi produk komputer perusahaannya.

Baca juga: Google Akan Otomatis Saring Telepon Spam di Android

Pesan tersebut dikirim melalui ARPANET (Advanced Research Project Agency Network) atau jaringan komputer yang kemudian bertransformasi menjadi internet hari ini. Alhasil, pesan promosi yang dikirim Thuerk menuai amarah dari para penerimanya.

Pesan e-mail yang dikirim Thuerk itulah yang dinobatkan sebagai contoh e-mail spam pertama di dunia.

Asal-usul sebutan "spam"

Kata "spam" pada awalnya tak disematkan langsung ke pesan yang dikirim Thuerk. Sebutan ini baru populer diistilahkan untuk pesan tak diinginkan bertahun-tahun berikutnya.

Istilah "spam" berawal dari sketsa televisi tahun 70-an berjudul Monty Python's Flying Circus.
Dalam salah satu episodenya, sekelompok Viking menyanyikan lagu tentang "Spam", yang ternyata merek produk daging olahan.

Mereka menyindir pelayan restauran yang sering menawarkan daging "Spam", meski tak diinginkan pelanggan.

Gary Thuerk, pengirim pesan spam pertama di duniaBBC Gary Thuerk, pengirim pesan spam pertama di dunia
Promosi produk melalui spam terus berkembang. Tahun 1994, firma hukum Laurence Canter and Martha Siegel di Amerika, membanjiri grup diskusi "Usenet" dengan penawaran green card bagi imigran yang ingin menjadi penududuk tetap AS.

Promosi Green Card tersebut juga tak luput dari kecaman, namun tetap mendulang keuntungan 100.000 dollar AS kala itu.

Baca juga: Google Rilis Gmail Go, Ringan dan Bebas Spam

Dirangkum dari Britannica, konsep spamming bukanlah hal baru. Jauh sebelum Thuerk, pesan tak diinginkan dikirim melalui telegram 100 tahun lalu. Pesan-pesan tersebut kemudian disebut pesan sampah atau "junk mail"

Dilansir KompasTekno dari BBC, Jumat (4/5/2018), 85 persen e-mail merupakan spam.
Awalnnya, kebanyakan spam berisikan pesan tak diinginkan dari para pelaku bisnis, khususnya marketing yang tak segan menampilkan identitasnya.

Tapi akhirnya, para spammer (pengirim spam) menyembunyikan identitasnya, termasuk lokasi.
Sehngga pesan-pesan berkonten negatif seperti pornografi atau penipuan, tak jarang menyambangi kotak masuk penerima tanpa terlacak.

Spam tak jarang mengandung virus dan software berbahaya (malware) yang dapat menginvasi komputer penerima. Komputer berbahaya yang disebut "zombie", dihubungkan bersama untuk membentuk jaringan komputer yang disebut botnet.

Kemudian, spammer diam-diam mengendalikan jaringan tersebut dan memanfaatkannya untuk mendistribusikan spam atau yang lebih berbahaya, melakukan kejahatan siber.

Baca juga: Dituntut, LinkedIn Akhirnya Berhenti Sebar Spam

Melawan spam

Meskipun beberapa platform penyedia e-mail telah memberikan folder khusus untuk membuang spam, namun beberapa orang mengambil langkah hukum untuk melawan spam.

Kurangnya konsistensi hukum internasional dan keinginan untuk tetap menjaga kebebasan berbicara, membuat sulitnya solusi yang diambil oleh pembuat kebijakan.

Semakin hari, spammer semakin lihai untuk mengirim spam, meski banyak software yang semakin canggih untuk menghalau spam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

HP Vivo T3X 5G Meluncur dengan Snapdragon 6 Gen 1 dan Baterai Jumbo

HP Vivo T3X 5G Meluncur dengan Snapdragon 6 Gen 1 dan Baterai Jumbo

Gadget
Siap-siap, Pengguna Baru X Twitter Bakal Wajib Bayar Buat 'Ngetwit'

Siap-siap, Pengguna Baru X Twitter Bakal Wajib Bayar Buat "Ngetwit"

Software
Daftar Paket Internet eSIM Telkomsel, PraBayar, Roaming, Tourist

Daftar Paket Internet eSIM Telkomsel, PraBayar, Roaming, Tourist

e-Business
8 Cara Mengatasi Kode QR Tidak Valid di WhatsApp atau “No Valid QR Code Detected”

8 Cara Mengatasi Kode QR Tidak Valid di WhatsApp atau “No Valid QR Code Detected”

e-Business
Ramadhan dan Idul Fitri 2024, Trafik Internet Telkomsel Naik 12 Persen

Ramadhan dan Idul Fitri 2024, Trafik Internet Telkomsel Naik 12 Persen

Internet
Tampilan Baru WhatsApp Punya 3 Tab Baru, “Semua”, “Belum Dibaca”, dan “Grup”, Apa Fungsinya?

Tampilan Baru WhatsApp Punya 3 Tab Baru, “Semua”, “Belum Dibaca”, dan “Grup”, Apa Fungsinya?

Software
HMD Perkenalkan Boring Phone, HP yang Dirancang 'Membosankan'

HMD Perkenalkan Boring Phone, HP yang Dirancang "Membosankan"

Gadget
7 HP Kamera Boba Mirip iPhone Lengkap dengan Harga dan Spesifikasinya

7 HP Kamera Boba Mirip iPhone Lengkap dengan Harga dan Spesifikasinya

Gadget
Motorola Edge 50 Ultra dan 50 Fusion Meluncur, Harga mulai Rp 6 Jutaan

Motorola Edge 50 Ultra dan 50 Fusion Meluncur, Harga mulai Rp 6 Jutaan

Gadget
Apple Investasi Rp 255 Triliun di Vietnam, di Indonesia Hanya Rp 1,6 Triliun

Apple Investasi Rp 255 Triliun di Vietnam, di Indonesia Hanya Rp 1,6 Triliun

e-Business
Ketika Sampah Antariksa NASA Jatuh ke Bumi Menimpa Atap Warga

Ketika Sampah Antariksa NASA Jatuh ke Bumi Menimpa Atap Warga

Internet
CEO Apple Bertemu Presiden Terpilih Prabowo Subianto Bahas Kolaborasi

CEO Apple Bertemu Presiden Terpilih Prabowo Subianto Bahas Kolaborasi

e-Business
'Fanboy' Harap Bersabar, Apple Store di Indonesia Masih Sebatas Janji

"Fanboy" Harap Bersabar, Apple Store di Indonesia Masih Sebatas Janji

e-Business
WhatsApp Rilis Filter Chat, Bisa Sortir Pesan yang Belum Dibaca

WhatsApp Rilis Filter Chat, Bisa Sortir Pesan yang Belum Dibaca

Software
Steam Gelar 'FPS Fest', Diskon Game Tembak-menembak 95 Persen

Steam Gelar "FPS Fest", Diskon Game Tembak-menembak 95 Persen

Game
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com