Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Beda antara "Gaming" dan eSports?

Kompas.com - 25/05/2018, 13:15 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Olahraga elektronik atau umum disingkat eSports, memang berangkat dari dunia gaming. Namun ternyata, keduanya tidak bisa disamakan.

"Main game itu rekreasi, eSports itu profesi. Ini satu perbedaan," jelas pengamat gaming dan eSports, Dedy Irvan dalam agenda workshop karir yang diselenggarakan Intel di Universitas Negeri Yogyakarta, Kamis (24/5/2018).

"eSports itu sebenarnya game yang dipakai buat profesi, kerjanya itu game, istirahatnya itu tidak main game," tutur Dedy.

Sementara gaming, menurut Dedy hanya dimainkan untuk mengisi waktu luang, tidak untuk tujuan profesional. Karena masuk ranah olahraga, atlet eSports pun berpenampilan berbeda dengan pemain game biasa.

Baca juga: Menakar Potensi eSport di Indonesia

Para atlet akan mengenakan seragam layaknya para atlet cabang olahraga lain, mereka pun bermain untuk tim, bukan individu. Atlet eSPorts juga dilatih secara profesional, termasuk soal kebugaran, demi menunjang peforma di arena pertandingan.

Dedy Irvan saat memberikan materi eSport ke peserta workshop karir IntelIntel Indonesia Dedy Irvan saat memberikan materi eSport ke peserta workshop karir Intel
"Kalau dia (atlet eSports) latihan (olahraga), konsentrasi dia akan lebih tinggi, respons dia akan lebih cepat," ujar Dedy.

Menurut Dedy, pemahaman akan eSports perlu ditekankan untuk mendukung kesuksesan industri eSports di Indonesia. Masyarakat masih banyak yang mencampur-adukkan antara game untuk rekreasi dan dan game untuk profesi, sehingga yang dikupas dipermukaan hanyalah bahaya bermain game.

Sejatinya, eSports seperti permainan olahraga lain, akan memiliki dampak positif jika dikelola secara profesional.

"Balapan di jalan raya, salah. Balapan di sirkuit bawa 'merah-putih', bener," Dedy menyontohkan kepada KompasTekno.

Baca juga: 6 Pilihan Profesi di Industri E-Sport yang Bisa Dilirik Milenial

Ia juga mengatakan bahwa masuknya eSports ke Asian Games 2018 dalam skema eksibisi, bisa membantu "membersihkan" stigma negatif eSports yang masih rancu, terutama bagi golongan tua.

"Tapi alhamdulillah, Asian Games telah menunjukkan bahwa kalau kalian mau jelasin sedikit, ini (konotasi buruk eSports) akan hilang," ujarnya kepada peserta workshop yang didominasi kalangan mahasiswa.

Menjadi atlet eSPorts perlu keseriusan

Karena bukan sekadar mainan pengisi waktu luang, pemain eSports pun perlu keseriusan dalam menekuni bidang tersebut.

Dedy menuturkan perlunya keseriusan dan fokus agar menjadi pemain eSPorts profesional. Manajemen waktu menjadi masalah utama para milenial yang ingin menekuni dunia eSports.

"Atur waktunya, mana buat belajar, mana buat latihan, penting banget. Enggak bisa cuma asal-asal aja kalau emang pengen maju di eSports," ujar Dedy.

Selain itu, Dedy menekankan perlunya konsistensi yang perlu dijaga selama berkarir menjadi atlet eSports, terutama terus berlatih dan mencoba.

"Kalau ini dasarnya adalah passion, gak punya masalah, konsistensinya tetep baik", imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com