Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kabel Serat Optik Ini Pernah Deteksi Gempa di Indonesia

Kompas.com - 05/07/2018, 19:11 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

Sumber BBC

KOMPAS.com - Sekelompok peneliti internasional berhasil menggunakan kabel serat optik untuk melacak aktivitas seismik. Kabel serat optik yang digunakan merupakan kabel yang sama, yang tertanam di bawah tanah, untuk mengalirkan koneksi internet dan layanan televisi.

Seperti seismometer, para peneliti mengklaim jika kabel internet juga memiliki sensitivitas terhadap guncangan di bawah tanah.

Penelitian yang dikepalai oleh Dr. Philippe Jousset dari pusat penelitian geosains Jerman (GFZ Helmholtz Centre Potsdam) ini, menggunakan kabel serat optik sepanjang 15 kilometer.

Kabel tersebut telah dipasang di antara dua pembangkit tenaga listrik geothermal di Islandia sejak 1994. Getaran laser yang diturunkan ke serat kabel tunggal, cukup untuk menentukan apakah terdapat gangguan di sepanjang bentangan kabel atau tidak.

Para peneliti melakukan perekaman aktivitas ketika tanah bergetar dan menyebabkan kabel renggang atau terkompresi. 

Merekam gempa Indonesia

Adapun beberapa aktivitas yang mereka rekam adalah trafik lokal, goncangan seismik, dan para pejalan kaki yang melintas. Kabel itu juga bisa menangkap sinyal dari kekuatan gempa besar yang pernah terjadi di Indonesia.

Namun Dr. Jousset tidak menerangkan lebih lanjut, gempa di Indonesia yang mana yang terbaca oleh teknologi yang dikembangkannya.

Baca juga: Ilmuwan Kembangkan Teknologi Cahaya Pengganti Serat Optik

"Pada awalnya, kami tidak tahu apa yang bisa kami rekam. Tapi kami bisa mendeteksi gempa dari kejauhan," jelas Dr. Jousset, seperti KompasTekno kutip dari BBC, Kamis (5/7/2018).

Dr. Jousset sesumbar jika teknik yang ia ciptakan bersama timnya, hampir setara dengan seismometer. Sayangnya, teknik ini belum siap digunakan lebih luas lagi.

"Saat ini ada lebih banyak kemungkinan, jadi harganya akan turun. (Teknologi) ini bisa beroperasi dalam beberapa tahun. Tidak di semua tempat tapi di suatu tempat," ujarnya.

Mengaku optimis

Dr. Jousset dan tim mengaku telah menemukan perusahaan di Eropa yang sangat terbuka dengan gagasan pemanfaatan kabel optik sebagai pendeteksi gempa. Mereka pun merancang studi lanjutan dalam waktu dekat. Ia pun optimis tentang potensi teknologi ini untuk mengawasi aktivitas vulkanik dan kegempaan.

Teknik ini menambah daftar panjang penemuan alat pendeteksi gempa yang sebelumnya juga diuji cobakan dengan aplikasi di smartphone dan perangkat keras lain yang lebih terjangkau.

Biasanya, instalasi seismometer memakan biaya tak sedikit, sehingga hanya ditempatkan di beberapa lokasi tertentu. Seismometer bisa mengkaliberasi aktivitas kegempaan secara akurat karena memiliki sensivitas sangat tinggi.

Baca juga: Petinggi Google Jadi Korban Gempa Nepal

Ahli geofisika dari Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), dr Elizabeth Cochran mengatakan jika kabel internet pendeteksi gempa ini bisa dimanfaatkan untuk sistem peringatan dini gempa.

Jaringan serupa telah digunakan di Jepang dan Meksiko, untuk memberi aba-aba pada warga ketika alat pendeteksi sudah menangkap sinyal gempa. Ia menjelaskan jika untuk mendeteksi sinyal gempa tidak diperlukan informasi yang sangat presisi.

"Kami hanya butuh tahu bahwa ada pergerakan tanah besar yang terjadi di sebuah wilayah tertentu," imbuhnya.

"Ada ribuan kilometer kabel berselang-seling di kota. Jadi, kita bisa memanfaatkan kabel itu dan mencari tahu bagaimana menginterpretasikan data secara akurat," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com