Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim Indonesia Optimis Melaju ke Semifinal Imagine Cup 2018

Kompas.com - 24/07/2018, 08:36 WIB
Reska K. Nistanto,
Reza Wahyudi

Tim Redaksi

REDMOND, KOMPAS.com - Tim BeeHIve Drone yang mewakili Indonesia di ajang Microsoft Imagine Cup 2018, mengikuti babak showcase di kantor pusat Microsoft di Redmond, Washington, Amerika Serikat pada Senin (23/7/2018).

Mereka bersaing dengan 48 tim dari berbagai negara untuk melaju ke babak semifinal. Bagaimana peluang BeeHive Drone di ajang global Imagine Cup 2018 ini?

Irving Hutagalung selaku Director Audience Evangelism Microsoft mengatakan, meski kompetisinya ketat, namun peluang bagi tim Indonesia untuk masuk ke babak semifinal masih terbuka.

"Karena di showcase kali ini fokus ke teknologi dulu, maksimal atau enggak, advance atau enggak," kata Irving dijumpai di kesempatan yang sama.

"Baru di semifinal nanti dicek dari segi bisnis dan feasibility-nya," imbuh Irving.

Menurut Irving, faktor lain yang mendukung tim Indonesia maju ke semifinal adalah tim yang memiliki latar belakang pendidikan yang mendukung. "Jadi mereka cukup mature dari sisi teknologi".

Selain itu, drone BeeHive sudah pernah dipublikasikan dalam tesis. Sehingga, secara teknologi diharapkan juri bisa melihatnya sudah matang.

Kualitas produk yang dihasilkan kali ini juga, menurut Irving, lebih advance, kombinasi software dan hardware.

"Alatnya ada dan mereka sudah bertemu dengan industri dan kementerian pertanian," pungkas Irving.

Babak Semifinal Imagine Cup 2018 sendiri akan berlangsung pada Selasa (24/7/2018) waktu Washington. Dari 48 tim, akan disaring menjadi 15 tim yang selain berhak melaju ke babak semifinal, juga akan mendapat Imagine Cup Awards.

Baca juga: Drone Pembantu Petani Buatan Mahasiswa Indonesia Lolos ke Kompetisi Dunia

Solusi efisien bagi petani

BeeHive Drone yang berlaga di Microsoft Imagine Cup 2018 ini dirancang untuk mengerjakan tugas petani sehari-hari lewat aplikasi ponsel.

Tugas yang bisa dilakukan BeeHive Drone antara lain pengecekan dan analisis tanaman hingga penyiraman air, pupuk, atau pestisida.

Para mahasiswa ini merancang agar drone "diparkir" di stasiun drone yang berada di tengah-tengah kawasan pertanian.

Para petani atau pemilik sawah bisa mendaftarkan sawah mereka di aplikasi mobile, memilih layanan perawatan, dan membayar layanan itu lewat aplikasi yang sama.

Setelah terkonfirmasi, drone ini akan terbang tanpa perlu awak untuk mengontrolnya ke sawah yang memesan layanan.

Dalam hitung-hitungan para mahasiswa ini, petani menghabiskan sekitar Rp 1.000.000 per hektar untuk pestisida. Dengan solusi Beehive Drone, para petani diperkirakan bisa mengurangi biaya sebesar Rp 300.000, atau lebih hemat 30 persen.

Selain itu, drone ini bisa memangkas waktu yang biasanya butuh 1 jam untuk menyemprot 1 hektar lahan, hanya butuh waktu 30 menit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com