Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Bos Google Ramalkan Internet Bakal “Terbelah Dua”

Kompas.com - 22/09/2018, 17:20 WIB
Oik Yusuf,
Reza Wahyudi

Tim Redaksi

Sumber CNBC

KOMPAS.com - Dari permulaannya sebagai penghubung antar-komputer untuk penelitian, Internet sudah berkembang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia modern di era digital. 

Seperti apa masa depan jaringan global yang menyambungkan jutaan perangkat dari berbagai jenis itu?

Mantan CEO Google Eric Schmidt memprediksi bahwa sebuah perubahan bakal terjadi di internet .

Saat berbicara dalam sebuah acara tertutup yang digelar firma investasi Village Global VC di San Francisco, AS, Schmidt meramal bahwa internet dunia akan terbelah dua dalam satu dekade ke depan.

“Saya pikir skenarionya bukan terpecah, tapi bercabang menjadi internet yang dipimpin oleh China dan internet non-China yang dipimpin oleh Amerika Serikat,” ujar Schmidt, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari CNBC, Sabtu (22/9/2018).

Schmidt menyoroti potensi ekonomi luar biasa yang dibangun oleh China lewat internet.

Internet China, katanya memberi contoh, menyumbang persentase lebih besar terhadap Produk Domestik Bruto (GDP) negera itu ketimbang kontribusi internet AS terhadap GDP AS.

“Lihatlah BRI -Belt and Road Initiative- mereka yang menghubungkan 60-an negara. Negara-negara yang terlibat kemungkinan akan memakai infrastruktur yang dimiliki oleh China,” lanjut Schmidt.

Belt and Road adalah inisiatif yang dijalankan oleh Beijing untuk meningkatkan pengaruh ekonomi dan politik China dengan menghubungkan serta mamfasilitasi segala jenis perdagangan, termasuk perdagangan digital, antara China dengan negara-negara Eropa, Afrika, Timur Tengah, dan Asia.

Sensor demi China?

Eric Schmidt, mantan chairman Google.Google Eric Schmidt, mantan chairman Google.
China sendiri dikenal memiliki industri digital yang didominasi oleh pemain-pemain dalam negeri, seperti penyedia pesan instan WeChat, media sosial Weibo, search engine Baidu, publisher dan developer software Tencent, hingga raksasa e-commerce Alibaba.

Berbeda dari jaringan internet di bagian dunia selebihnya, di China tak ada layanan online populer asal AS seperti Facebook, Instagram, atau Twitter. Google sendiri pun bahkan tidak beroperasi di sana.

Para pemain global asal Negeri Paman Sam itu bukannya tak mau beroperasi di China. Kebanyakan dari mereka tersandung mekanisme kontrol ketat yang diterapkan oleh pemerintah China di internet.

Belakangan, Google dikabarkan mengembangkan “Project Dragonfly”, yakni versi search engine besutannya yang khusus ditambahi fitur sensor, supaya bisa sejalan dengan kemauan pemerintah China.

Baca juga: Baidu Siap Lawan Google Jika Dragonfly Masuk China

Beberapa hasil pencarian yang dinilai sensitif, misalnya, tidak ditampilkan di laman pertama. Ada juga beberapa topik yang hasil pencariannya tak ditampilkan sama sekali, misanya soal “protes damai”. Harapannya, Google bisa diterima kembali di China setelah hengkang pada 2010 lalu.

Kembali ke soal terbelahnya internet, Schmidt khawatir bagian internet yang dipimpin China akan mengikuti perlakuan negeri tersebut. “Bahayanya, aneka produk dan layanan online itu bisa senada dengan kebijakan pemerintah (China), dengan sensor, kontrol, dan lain-lain,” katanya.

Schimdt menjabat sebagai CEO Google dari 2001 hingga 2011. Dia kemudian didapuk sebagai executive chairman Google, lalu di Alphabet -perusahaan induk Google- hingga awal tahun ini.

Baca juga: China Blokir Twitch, Streaming Game yang Meroket saat Asian Games 2018

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com