Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Moderator Konten Medsos, Terpaksa Nonton Video Porno 8 Jam

Kompas.com - 19/10/2018, 19:39 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

Sumber BBC,Wired

KOMPAS.com - "Saya telah melihat ratusan kepala dipenggal," ujar seorang perempuan yang diwawancara dalam sebuah video. Wajahnya tak tampak jelas karena membelakangi kamera. 

Buat kebanyakan orang, pemandangan sadis macam itu pasti membikin bergidik ngeri. Tapi sang perempuan tidak bisa menghindar, karena dia bekerja sebagai moderator konten di media sosial

Bersama para koleganya yang banyak bekerja lewat perusahaan alih daya (outsourcing), dialah yang berada di garda depan untuk menyaring konten tak pantas di media sosial, menyelamatkan hati para pengguna dengan mengorbankan hati mereka sendiri.

Sisi muram kehidupan para moderator konten tersebut diangkat dalam film dokumenter The Cleaner arahan sutradara Moritz Riesewieck and Hans Block. Cuplikannya pekan ini dimuat di situs BBC, sebagaimana dirangkum oleh KompasTekno, Jumat (19/10/2018). 

Para moderator konten media sosial ini menghabiskan 8 hingga 10 jam setiap hari untuk menyaksikan aneka macam konten sadis dan tak pantas, mulai dari ujaran kebencian, adegan bunuh diri, hingga video penyiksaan anak atau binatang, untuk kemudian menghapusnya. 

Mengguncang mental

Perusahaan teknologi memang memasang mesin kecerdasan buatan (AI) untuk menyaring konten. Tapi tangan manusia tetap dibutuhkan untuk membuat lini masa bersih dari kotoran konten.

Mereka adalah sekolompok orang yang direkrut khusus untuk menyaring konten. Para bos-bos media sosial di Amerika Serikat menyebutnya sebagai tim moderator konten.

Baca juga: Mesin Pengais Konten Negatif Difungsikan, Tim Trust Positif Kominfo Dilebur

Tugasnya, menonton jutaan posting yang dikirim pengguna sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram atau YouTube. Mereka tak hanya memantau unggahan "normal" saja, namun juga kiriman mengerikan yang mengguncang mental tadi.

"Ini (moderator konten) merupakan industri tersembunyi di Filipina, di mana banyak perusahaan outsourcing yang berkecimpung di situs media sosial populer," jelas Riesewieck, sutradara The Cleaner, yang berarti "Sang Pembersih" dalam bahasa Indonesia.

Para moderator berjibaku dengan segala macam konten negatif demi "membersihkan" linimasa Mereka hanya bersenjatakan mouse untuk memilih opsi "hapus" atau "abaikan".

Sebagai panduan, moderator diberikan buku aturan main setebal ratusan halaman. Tapi ada kalanya juga mereka masih kebobolan meloloskan konten.

Baca juga: Disebut sebagai Penyebar Konten Negatif, Ini Kata Twitter

Maklum, mereka kebanyakan hanya diberikan waktu pelatihan sepekan atau paling banyak tiga pekan saja untuk mempelajari semua aturan, sebelum bisa memutuskan konten mana yang harus dihapus dan mana yang harus diabaikan. 

"Misalnya, siapa yang memutuskan apa definisi dari teroris. Mereka punya daftar, mereka harus mempelajari daftar yang mengacu dari departemen keamanan dalam negeri AS," terang Riesewieck.

Di sinilah masalah dimulai. Bagi para pekerja muda Filipina yang rata-rata berumur 21 tahun, mereka harus paham betul pedoman yang berkiblat pada undang-undang AS.

Halaman:
Sumber BBC,Wired
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com