Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Hastu Wijayasri, Sosok Programer Perempuan Difabel Indonesia

Kompas.com - 06/12/2018, 20:12 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

Karena dirancang untuk penyandang tunanetra, antarmuka Sukacare pun disesuaikan. Tombol mikrofon dibuat lebih lebar memenuhi layar dan minim teks untuk mempermudah penggunaan.

Pendekatan berbeda

Tesya sendiri menjadi fasilitator Hastu dalam pelatihan. Ia mengaku menggunakan pendekatan berbeda karena keistimewaan Hastu dibanding peserta lain.

Tesya memberikan beberapa tautan dan buku materi coding untuk dibaca Hastu,  ketika dirinya menerangkan materi ke peserta lain. 

"Kalau saya sudah selesai menjelaskan ke peserta lain, saya ke meja Hastu untuk mengarahkan atau menanyakan jika ada kesulitan," paparnya.

Menurut Tesya, Hastu masih bisa membaca gerak bibir lawan bicara jika berbicara dengan pelan. Namun jika memang kesulitan, ia akan menuliskan teks di layar komputer untuk mempermudah komunikasi.

Tesya sendiri berkesempatan mengikuti ajang kumpul developer Google I/O bulan lalu di California bersama empat delegasi lain dari DSC.

Pernah minder

Seperti remaja lainnya, Hastu kerap didera perubahan mood dalam menyelesaikan proyek ini.
Ia pun sempat ciut nyali di awal karena mengetahui sebagian besar peserta lain sudah lebih dulu mahir dalam coding.

"Ketika aku masih belum paham tentang developer itu,  isinya orang-orang yang bisa mendengar semua dan sudah paham dunia developer. Aku merasa minder, bagaimana agar bisa seperti mereka?" aku Hastu.

Namun, mengingat tekadnya mengangkat nasib teman-teman difabel untuk mendapat kesempatan yang sama di dunia kerja, semangatnya pun kembali melejit hingga sekarang.

Saat ini,  Hastu juga sedang mengikuti beasiswa Android Academy dan Dicoding,  mitra training Google untuk kelas MADE (Menjadi Pengembang Android).

Setahun belajar coding pun bukan tanpa halangan bagi Hastu. 

"Kekurangannya sebenarnya banyak. Misalnya aku enggak paham maksudnya apa, jadi harus banyak tanya ke orang yang bisa. Lalu, minimnya mentor yang berpengalaman mengajari difabel juga menjadi kendala, " aku Hastu.

Hastu mengaku terbantu dengan program DSC ini karena memberikannya ilmu dan peluang baru.

Ketika ditanya proyek selanjutnya, Hastu mengatakan masih terus akan mengembangkan fitur-fitur baru di Sukacare yang dibuatnya hampir setahun.

Bersama Tesya, ia juga akan mengembangkan Sukacare untuk mereka yang memiliki disabilitas tuli dan bisu. 

Fitur untuk penyandang tunarungu nantinya diproyeksikan bisa digunakan untuk penyesuaian jadwal kuliah yang disertai fitur text to speech untuk menerjemahkan audio ke teks agar mereka bisa membaca materi via teks.

Ada pula fitur notes yang mempermudah penyandang tunarungu dan tunawicara dalam berkomunikasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com