Misalnya, Grab salah menuliskan nama Lee Kong Chian School of Business dengan memakai akronim "LKC" diikuti "School of Business". Kesalahan yang sama juga ditemukan di aplikasi Go-Jek.
Baca juga: Di Singapura, Go-Jek Usung Nama Gojek dan Bisa Bayar Pakai Kartu Kredit
Tanggapan Go-Jek
Menanggapi kabar ini, Kristy Nelwan, VP Corporate Communication Go-Jek, mengatakan, pihaknya menggunakan "data mentah" untuk menentukan lokasi penjemputan penumpang yang diperoleh dari berbagai sumber.
"Aplikasi Go-Jek menggunakan data mentah mengenai lokasi pick-up/drop-off yang diambil dari berbagai macam sumber termasuk penumpang dan pengemudi," ungkap Kristy kepada KompasTekno melalui pesan singkat.
"Kami lalu menggunakan algoritma dalam menganalisa dan mengembangkan data peta untuk terus mengembangkan user experience kami," lanjutnya.
Pihak Go-Jek tak memberikan penjelasan lebih rinci tentang bagaimana persisnya proses pembuatan peta untuk aplikasinya di wilayah Singapura.
Baca juga: Go-Jek Tanggapi Rumor Struktur Perusahaan dan Kepemilikan Saham
Meski aplikasinya sudah bisa diunduh warga Negeri Singa sejak November lalu, layanan Go-Jek di Singapura sejauh ini masih berstatus beta alias dalam masa uji coba.
Tak semua pengunduh aplikasi bisa langsung menjajal layanan Go-Jek di Singapura, melainkan harus menunggu "waiting list" terlebih dahulu untuk menyeimbangkan permintaan dengan ketersediaan pengemudi.
Singapura merupakan markas rival berat Go-Jek, Grab. Keduanya akan bersaing memperebutkan “kue” ride sharing di negeri tersebut.
Baca juga: Berapa Jumlah Pengguna dan Pengemudi Go-Jek?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.