Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Bertemu CEO Apple, Programer Cilik Yuma Soerianto Ingin Bertemu Jokowi

Kompas.com - 20/01/2019, 09:07 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Masih ingat programer cilik yang berfoto dengan CEO Apple, Tim Cook beberapa waktu lalu. Ia adalah Yuma Soeriento, bocah keturunan Indonesia yang kini berdomisili di Australia.

programer cilik yang kini berusia 12 tahun itu sempat dua kali menyambagi Worldwide Developer Conference (WWDC) yang diadakan Apple di Amerika Serikat pada 2017 dan 2018.

Bahkan pada 2017, ia didapuk Cook sebagai programer aplikasi termuda di dunia dan diperkenalkan khusus oleh sang bos Apple di hadapan para programer lain, yang mayoritas orang dewasa.

Yuma memamerkan cuplikan video saat Cook memperkenalkan dirinya di ajang WWDC 2017 lalu, dalam acara "Ngobrol Aja Dulu #1: The Tech Kids" yang diadakan Tokopedia dan Komunitas Mata Kita pada Sabtu (19/1/2019) di Jakarta.

Kepada penonton yang hadir, ia percaya diri menunjukan kepiawaiannya membuat aplikasi game berbasis augmented reality (AR) secara langsung, hanya dalam waktu kurang dari satu jam.

Kecepatannya dalam membuat aplikasi seperti yang ia tunjukan juga pernah mendapat apresiasi dari Cook saat WWDC 2017 lalu.

Kala itu, Yuma membuat sebuah aplikasi dalam perjalanan udara dari Australia ke AS saat hendak menghadiri WWDC.

Baca juga: Programer Bocah Asal Indonesia Pamer Foto Bersama CEO Apple

Aplikasi tersebut adalah aplikasi khusus yang dibuat Yuma untuk orangtuanya, agar mereka lebih mudah mengkalkulasi segala ongkos perjalanan dan akomodasi lain, dari mata uang dollar Australia dan ke dollar Amerika Serikat.

Sejak usia dini

Dunia koding sudah menarik perhatian Yuma sejak ia berusia enam tahun. Ia memperlajarinya melalui platform pembelajaran koding online besutan Apple bernama "Swift".

Yuma juga memanfaatkan situs-situs pembelajaran koding lain, tutorial melalui YouTube, dan pernah mengikuti program belajar dari Standford University secara online.

"Saya suka bikin aplikasi karena bisa mengubah gagasan saya ke dunia nyata, serta mengubah kebiasaan kita seperti mengetik atau berbelanja", jelas Yuma ketika ditanya alasannya menekuni koding.

Pada usia sembilan tahun, ia menciptakan aplikasi pertamanya yang ia namakan "Kids Calculator".

Yuma Soerianto, programmer cilik keturunan Indonesia yang berfoto dengan CEO Apple, Tim Cook di ajang WWDC 2018.Twitter/YumaSoerianto Yuma Soerianto, programmer cilik keturunan Indonesia yang berfoto dengan CEO Apple, Tim Cook di ajang WWDC 2018.

Ia merancang sebuah aplikasi kalkulator dengan antarmuka bernuansa ceria khas anak-anak, dikombinasikan dengan suara yang ia rekam sendiri untuk menyebutkan setiap angka yang diketikan serta hasil hitungan.

Hingga saat ini, Yuma telah membuat delapan aplikasi berbasis iOS. Kedelapan aplikasi tersebut adalah Kids Calculator, Weather Duck, Hunger Button, Swipy Trash, Firework Builder AR, Pocket Poke, Let's Stack dan Let's Stack AR.

Let's Stack AR merupakan aplikasi gaming yang dikembangkan dari aplikasi pertamanya Let's Stack. Game tersebut adalah game pertama yang dibuat Yuma dan diakuinya menjadi yang paling sulit dibuat.

"Rata-rata pembuatan aplikasi butuh waktu satu hingga dua bulan. Paling lama itu Stuck AR yang menghabiskan waktu hingga tiga bulan," akunya.

Menurut Yuma, menciptakan aplikasi gaming lebih sulit dibanding aplikasi lainnya. Sejauh ini, semua aplikasi Yuma memang baru berjalan di perangkat iOS seperti iPhone dan iPad. Tapi ia ingin mencoba membuat aplikasi di platform Android ke depannya.

"Bisa saja. tapi mungkin saya akan lebih banyak fokus ke iOS karena saya mulai belajar dari sana (platform Swift)," akunya.

Baca juga: Mengenal Hastu Wijayasri, Sosok Programer Perempuan Difabel Indonesia

Karena pertama kali belajar di perangat iOS, ia lebih bisa menikmati proses pembuatan aplikasi dan dianggpnya lebih mudah karena telah menguasainya. Ditanya soal proyek barunya, Yuma masih enggan berbicara banyak.

"Aku punya (proyek baru) tapi masih rahasia. Aku sangat tertarik dengan AR. Bocoran sedikit proyek itu fokus tentang AR, tapi tunggu saja," jelasnya.

Cita-cita bertemu Presiden Jokowi

Meski membuat banyak aplikasi di usia belia, Yuma tetap tak meninggalkan pendidikannya di Australia. Untungnya, menurut Dollies Soerianto, ibunda Yuma, sekolahnya turut mendukung kegiatan Yuma.

Meski di sekolahnya tidak memiliki mata pelajaran khusus koding, sekolah memberikan izin cuti jika Yuma harus mengunjungi beberapa konferensi.

Yuma memang kerap diundang ke acara konferensi teknologi, khususnya soal programer. Misalnya saja menjadi pengajar koding di Mesir, Singapura, atau di Indonesia.

Halaman selanjutnya: Dukugan orangtua...


Beberapa penghargaan juga ia sabet, seperti Victorian Young Achiever Award, Victorian Games and Apps Challenge, dan World Youth Forum Award yang diberikan langsung oleh Presiden Mesir, Abdel Fattah El-Sisi.

Berbicara tentang presiden, Yuma mengungkapkan keinginannya untuk bisa bertemu langsung dengan Presiden Joko Widodo.

"Saya akan mengatakan, 'Halo, Pak. Apa kabar'", kelakarnya.

"Saya ingin menunjukannya beberapa aplikasi yang saya buat lalu akan mendiskusikan tentang AR dengannya," lanjutnya.

Yuma Soerianto menunjukan keahlian koding di acara Ngobrol Aja Dulu #1: The Tech Kids yang diadakan Tokopedia dan Komunitas Mata Kita pada Sabtu (9/1/2019) di Jakarta.

KOMPAS.com/Wahyunanda Kusuma Pertiwi Yuma Soerianto menunjukan keahlian koding di acara Ngobrol Aja Dulu #1: The Tech Kids yang diadakan Tokopedia dan Komunitas Mata Kita pada Sabtu (9/1/2019) di Jakarta.

Dukungan orangtua

Semua pencapaian Yuma tidak terlepas dari peran orangtua. Yuma mengakui, ayahnya yang bekerja sebagai desainer antarmuka (user interface/UI), memiliki pengaruh besar.
Ia membantu Yuma saat pertama kali belajar koding.

"Saya kan sedikit banyak tahu, meski tak begitu tahu cara membuat aplikasi. Jadi di awal mulai, saya bantu sedikit-sedikit kemudian dia belajar sendiri," jelas Handri Soerianto, ayah Yuma.

Baca juga: Google ke Programer Indonesia, Percuma Keren Jika Tak Dikenal

Bersama sang istri, ia mendukung total bidang yang ditekuni Yuma saat ini.

"Bentuk dukungannya misalnya seperti ini, menemaninya ke acara-acara yang Yuma ikuti," imbuhnya.

Handri juga mengatakan bahwa Yuma sudah pandai mengatur waktu untuk membuat aplikasi, sekolah, belajar, dan bermain. Seperti anak pada umunya, Yuma juga masih senang bermain, menonton film, dan juga berlatih taekwondo.

"Aku enggak buat koding sebagai suatu pekerjaan. Karena pekerjaan utamaku adalah sekolah. Kalau ada waktu luang aku baru (melakukan) koding," aku Yuma yang kini bersekolah di St Michael's Grammar School Australia.

Ibunda Yuma mengatakan, ia tidak pernah memaksa Yuma untuk mengarahkan profesi tertentu untuk putranya. Soal cita-cita, Yuma mengaku ingin terus membuat aplikasi yang bisa mengubah dunia.

"Aku pengen terus bikin aplikasi yg bisa ngubah dunia. Saya juga masih ingin mengajari orang-orang untuk membuat koding."

Menurut Yuma, tidak perlu menjadi orang pintar untuk belajar koding. Sumber ilmu untuk koding disebutnya melimpah ruah di internet.

"Intinya jangan mudah menyerah. Ikuti passion dan jangan takut untuk mencoba," kata Yuma.

Selain mengajarkan koding melalui konferensi, Yuma juga membuat kanal YouTube "Anyone Can Code" yang berisi tutorial koding. Kanal tersebut bisa dilihat di tautan berikut ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com