Namun, Cerf mengatakan bahwa penggunaan alamat 128-bit bakal terlalu berlebihan apabila sudah mulai diterapkan di awal kelahiran internet.
Masih rawan diintip
Masalah kedua yang diungkapkan Cerf adalah keamanan internet. Saat diluncurkan pertama kali, semua data yang ditrasnmisi sangat jelas terbuka. Artinya, data tersebut berpotensi diintip oleh siapapun yang mencegatnya.
Jaringan belum dilengkapi sistem bawaan yang bisa memverifikasi pengguna atau perangkat mana yang berhak mendapat data transmisi tersebut. Masalah ini tampaknya masih menjadi PR besar bagi para teknisi internet hingga saat ini.
Baca juga: World Wide Web Ulang Tahun Ke-28, Bapak Internet Khawatir
Beberapa kali, kasus pembobolan data masih sering terjadi. Beberapa data yang ditransmisi masih bisa dibaca dan kelemahan sistem seringkali dimanfaatkan para hacker untuk meretas data.
Bahkan penggunaan kata sandi untuk login ke beberapa situs dan layanan pun masih rentan dibobol oleh pihak berbahaya.
Celah kemanan telah disadari Cerf yang kemudian mengembangkan protokol jaringan. Konsep itu disebut teknologi enkripsi kunci publik (public-key encryption) yang mulai diperkenalkan tahun 1976.
Algoritma RSA yang menjadi sistem kriptografi pertama kunci publik, kemudian dikembangkan beberapa tahun berikutnya.
Tapi kemudian, Cerf harus menyelesaikan lebih dulu protokol internet yang telah ia kembangkan beberapa tahun, sehingga sistem tersebut bisa diluncurkan.
Ia harus membuat protokol tersebut sesuai dengan berbagai macam sistem operasi serta bisa digunakan oleh operator internet, dan meminta mereka untuk beralih ke protokol yang baru.
"(Celah kemanan) Tidak bisa mendesak saya untuk menghentikan (pengembangan teknologi enkripsi) sementara waktu dan mengintegrasikan sistem kripto kunci publik. Jadi kami tidak melakukannya," jelas Cerf.
Sengaja tidak aman
Kendati sistem keamanan amat penting bahkan untuk saat ini, Cerf justru mengatakan bahwa ia berpikir sistem keamanan yang ketat bukanlah ide bagus saat pertama kali merumuskan internet.
Sebabnya, pengguna awal internet masa itu kebanyakan berasal dari mahasiswa yang tak pandai mengingat kata sandi mereka.
"Jika melihat ke belakang, saya tidak yakin apakah sistem keamanan itu akan berhasil untuk digabungkan dengan sistem key-distribution. Mungkin kami tidak bisa menarik banyak pengguna untuk mengadopsi jaringan internet karena terlalu sulit," jelasnya.