Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Kesungguhan Facebook Perangi Hoaks

Kompas.com - 30/01/2019, 12:13 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Reza Wahyudi

Tim Redaksi

Sumber CNET

KOMPAS.com - Facebook tampak serius ingin membersihkan namanya sebagai platform sarang hoaks. Jejaring sosial raksasa tersebut berencana membuat sebuah dewan eksternal independen.

Dewan tersebut memiliki wewenang untuk mengawasi keputusan moderasi konten.

Melalui badan tersebut, pengguna yang unggahannya telah ditarik oleh Facebook bisa mengajukan banding untuk meminta penjelasan dari Facebook tentang alasan unggahan miliknya dicabut atau aturan mana yang telah dilanggar dalam unggahan tersebut.

Rencana itu diungkap CEO Facebook, Mark Zuckerberg dalam sebuah postingan berjudul "“A Blueprint for Content Governance and Enforcement".

Saat ini, Facebook masih membujuk beberapa pihak seperti think tank, para peneliti dan pihak lain untuk memberikan umpan balik bagaimana seharusnya badan ini terstruktur.

Dewan ini kemungkinan akan diisi oleh 40 orang yang akan bekerja selama tiga tahun. Namun bisa saja kebijakan tersebut berubah jika sudah berjalan.

Facebook telah menjelaskan skema bagaimana dewan ini akan bekerja untuk menangkal misinformasi, terutama menjelang pemilihan umum parlemen Eropa tanggal 23-26 Mei mendatang.

Beberapa cara yang akan dikerahkan Facebook di antaranya adalah meluncurkan alat (tools) yang akan melacak iklan berbau politik secara global dan mendirikan pusat operasi Facebook di Dublin, Irlandia dan Singapura untuk merintangi sebaran berita bohong, ujaran kebencian, dan tekanan terhadap pemilih sebelum pemilu berlangsung.

Mengembalikan Kepercayaan

Facebook berusaha mati-matian demi megembalikan kepercayaan investor dan 2 miliar penggunanya setelah beragam skandal yang datang bertubi-tubi. Paling besar, masih dipegang skandal Cambridge Analytica yang mempengaruhi 87 juta pengguna Facebook.

Data mereka disinyalir digunakan untuk kepetingan politik tanpa izin dari sang pemilik akun. Selain keamanan data pengguna yang masih rentan, Facebook juga didera masalah hoaks yang merajalela di platformnya.

Tak hanya di Facebook, hoaks juga lancar tersebar melalui anak perusahaanya, WhatsApp sehingga beberapa negara berkembang meminta WhatsApp untuk membantu penangkalan pesan berantai berisi hoaks.

Baca juga: Resmi, Pesan WhatsApp di Indonesia Hanya Bisa Diteruskan 5 Kali

"Untuk pemilu, saya tanpa ragu mengatakan bahwa kami telah bekerja keras untuk menunjukan bahwa alat Facebook bisa memberikan kontribusi positif untuk demokrasi kita yang berkualitas," jelas Nick Clegg, Head of Global Affairs and Communications Facebook, yang juga pernah menjabat sebagai Wakil perdana Menteri Inggris.

"Namun ada banyak skeptimisme yang dihadapi Facebook sebagai perusahaan dan sebagai sebuah industri mengenai sesuatu yang sangat fundamental, yakni peran data pribadi di ekonomi internet," imbuh Clegg, dilansir KompasTekno dari Cnet, Rabu (30/1/2019).

Baca juga: Facebook Punya Fitur untuk Membuat dan Menyebarkan Petisi Online

Sebagai jejaring sosial yang masih sangat mendominasi dunia, Facebook memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap isu politik. Facebook telah menyadari hal tersebut dan merilis database iklan politik di Eropa, India, Ukraina, dan Israel jelang pemilu yang akan diselenggarakan negara-negara tersebut.

Rencananya, Facebook akan meluncurkan database iklan politik di seluruh dunia pada akhir Juni mendatang. Tahun lalu, Facebook mulai memberlakukan kebijakan khusus untuk iklan bernuansa politik di Amerika Serikat.

Halaman:
Sumber CNET
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com