Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Huawei Sebut Indonesia Masih Butuh 5 Tahun Lagi untuk Penerapan IoT

Kompas.com - 27/02/2019, 17:05 WIB
Yudha Pratomo,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

BARCELONA, KOMPAS.com - Kemajuan teknologi yang semakin pesat mendorong negara-negara di dunia untuk mengaplikasikan teknologi pada beragam hal.

Seiring dengan perkembangan teknologi tersebut maka muncullah istilah Internet of Things (IoT) yang mengimplementasikan sambungan internet di berbagai pernak-pernik kecil.

Istilah IoT kerap digembar-gemborkan sebagai salah satu "syarat" agar perkembangan teknologi di sebuah negara bisa dianggap "maju" atau setidaknya "sedang berkembang".

Baca juga: IoT Bisa Jadi Penyambung Nafas Operator Seluler di Indonesia

Memang, sejauh ini baru negara-negara maju yang menerapkan IoT dalam skala besar pada aspek kehidupan masyarakatnya.

Lantas bagaimana dengan Indonesia? Apakah Indonesia sudah siap menerapkan IoT dalam skala yang besar?

Vannes Yew, CTO Huawei Tech InvestmentKOMPAS.com/ GITO YUDHA PRATOMO Vannes Yew, CTO Huawei Tech Investment
Menurut Vannes Yew, Chief Technical Officer Huawei Tech Investment, Indonesia sejatinya masih memiliki sejumlah tantangan dalam penerapan IoT di masyarakat.
 
Vannes memprediksi masih butuh sekitar lima tahun bagi Indonesia untuk siap sepenuhnya menerapkan IoT secara efektif.

Baca juga: Intel dan ARM Kerja Bareng Amankan Perangkat IoT

"Itu butuh waktu. Di China, sudah mulai sejak beberapa tahun lalu. Saya pikir jika Indonesia mulai dari sekarang, mungkin dalam lima tahun ke depan kita akan melihat perubahan di masyarakat," ungkap Vannes kepada KompasTekno saat ditemui di Barcelona, Spanyol, Selasa (26/2/2019).

Ia menambahkan bahwa penerapan IoT di Indonesia bisa dimulai dari hal-hal kecil, seperti misalnya penerapan "smart metering" pada alat pengukur listrik di rumah.

Vannes pun mengatakan bahwa menerapkan IoT di Indonesia memang tidak bisa dilakukan dengan tergesa-gesa. Pasalnya infrastruktur yang dimiliki belum sepenuhnya siap.

"Kita tidak bisa terburu-buru. Saya pikir jika seperti itu malah jadi tidak bagus. Kita perlu lakukan secara perlahan," kata Vannes.

"Kita lakukan inkubasi, kemudian follow up regulasi, kemudian follow up ekosistem. Itu semua butuh waktu," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com