KOMPAS.com - Sebagai bagian dari strategi memenangkan pasar Internet of Things (IoT), Xiaomi bakal mendirikan anak perusahaan baru di bidang produksi chip.
Xiaomi berencana merestrukturisasi perusahaan chip Pinecone yang didirikan pada 2014, agar lebih sesuai dengan visinya.
"Kini tiga besar perusahaan smartphone dunia semuanya telah menguasai teknologi chip. Kami juga harus membuat teknologi buatan kami menjadi salah satu yang teratas," kata CEO Xiaomi, Lei Jun dalam acara pengumuman.
Sebagian dari karyawan Pinecone akan dipisah dan membuat perusahaan baru bernama Dayu. Dalam bahasa China, Dayu secara harfiah bisa diterjemahkan sebagai ikan besar.
Lantas, apa bedanya Pinecone dengan Dayu, toh keduanya sama-sama perusahaan pembuat chip?
Dayu ke depannya akan lebih fokus ke riset dan pengembangan chipset untuk solusi-solusi Internet of Things (IoT). Produk-produk IoT tersebut antara lain smart speaker, smart lamp, smart camera, dan sebagainya.
Sedangkan Pinecone tetap fokus mengerjakan chipset untuk dipakai di smartphone. Salah satu chip buatan Pinecone adalah chip Surge S1 yang dikenalkan Maret 2017 lalu.
Xiaomi bakal memiliki 25 persen saham Dayu. Anak perusahaan baru ini juga bakal mencari pendanaan sendiri. Dikutip KompasTekno dari TechNode, Jumat (5/4/2019), sejumlah firma investasi dikabarkan telah berminat menanam investasi ke Dayu.
Bisnis IoT menjadi kue besar yang jadi incaran. Huawei yang sesama vendor China mengklaim tahun lalu chip IoT miliknya, HiLink telah menghubungkan 300 juta perangkat, termasuk speaker AI dan sistem kendaraan.
Baca juga: Pisah dari Xiaomi, Redmi Punya Logo dan Bos Baru
Pabrikan-pabrikan chip juga saat ini berlomba bakal membuat chip IoT yang hemat energi untuk mendukung platform IoT berbasis cloud.
Langkah-langkah di atas dilakukan untuk mengantisipasi gelombang 5G dan semakin banyaknya perangkat yang bakal saling terhubung.
Xiaomi sendiri awal tahun ini telah menetapkan dual strategi "smartphone + AioT" sebagai fokus perusahaan. Revenue bisnis IoT Xiaomi sendiri pada 2018 lalu dilaporkan meningkat 86,9 persen.
Jumlah itu hampir dua kali lipat pertumbuhan bisnis ponsel per tahunnya yang sebesar 41,3 persen dalam periode yang sama.
Bisnis smartphone yang mengalami penurunan pengiriman 4,1 persen (laporan IDC) pada 2018 lalu, serta tren pelambatan pertumbuhan di China, juga menjadi pelecut vendor-vendor ponsel China melakukan diversifikasi bisnis.
Baca juga: 2018, Tahun Terburuk bagi Pasar Smartphone Global
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.