Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TikTok Jadi Sarana Baru Musisi Populerkan Lagu

Kompas.com - 09/04/2019, 14:20 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

Sumber The Verge

Memang benar, Hill punya "hutang budi" ke TikTok. Tapi sejatinya, TikTok lah yang berutang banyak kepada Hill karena menggeser paradigma "buruk" TikTok. Kesuksesan "Old Town Road" membuktikan bahwa TikTok tak hanya paltform penyanyi lipsync atau tari-tarian yang tak jarang membuat sebagian orang mengernyitkan dahi.

Namun juga bukti bahwa TikTok pun bisa menjadi platform pamer bakat bagi musisi untuk memperkenalkan lagunya kepada pendengar, seperti yang diraih Hill. Hill tahu cara memantik penonton dengan lagu yang mudah diingat dan dieksplorasi menjadi meme.

Dirangkum KompasTekno dari The Verge, Senin (8/4/2019), Hill mengaku bahwa meme-meme yang beredar di Twitter membantunya untuk menentukan apa yang sebenarnya dicari para pendengarnya. Ia pun menyematkan bait yang berpotensi menjadi lelucon.

Lagu "Old Time Road" sejatinya tak terlalu baru. Lagu ini rilis Desember 2018, di mana selama periode itu, budaya "cowboy" sedang ramai diperbincangkan di ranah maya, khususnya di AS. Hal ini sesuai dengan lirik lagu itu yang banyak menggunakan kata horse (kuda) yang kemudian dikreasikan para TikTokers dengan koreografi ala cowboy.

Barulah pada bulan Februari 2019, lagu tersebut menjadi trending di TikTok. Lagu Hill semakin populer ketika dibuat versi remix-nya oleh penyanyi senior Billy Ray Cyrus.

Dari TikTok meluas ke YouTube, Twitter, dan Instagram

Hill bukan satu-satunya. Ada beberapa musisi lain yang ketiban tenar berkat meme dan TikTok.

Misalnya saja Absofacto debgan lagunya berjudul "Dissolve" dan Joji berjudul "Slow Dancing in the Dark" yang sempat menjadi tren di TikTok karena #MicrowaveChallenge. YouTube pun sering kebanjiran kompilasi video dari TikTok, ketika merujuk ke lagu-lagu tersebut .

Tak cuma YouTube, video meme dan lagu-lagu mereka juga singgah ke platform sebelah seperti Twitter dan Instagram. Dengan melebarnya sarana promosi ke platform lain, popularitas lagu-lagu tersebut juga turut meluas.

Tak ada monetisasi, exposure jadi andalan

Hanya saja, tak seperti YouTube atau Spotify, TikTok tak menawarkan monetisasi sebagai bentuk kompensasi dari lagu yang populer. Tapi exposure (pengenalan) yang didapat jauh lebih penting utnuk mendapatkan penghasilan secara tidak langsung, yang artinya melalui bantuan pihak lain.

Contohnya adalah lagu yang menjadi musik latar video-video "Hit or Miss Meme TikTok Challenge". Video-video dari TikTok tersebut disebarluaskan melalui video kompilasi di YouTube.

Salah satunya yang diunggah kanal "Best TikTok Challenge" berdurasi satu jam dan telah ditonton 3.221.787 kali sejak diunggah 9 januari 2019 lalu saat berita ini ditulis. Kabarnya, iLOVEFRiDAY yang membawakan lagu tersebut di laman TikTok-nya, mendapat royalti dari YouTube sebesar 150.000 dollar AS (Rp 2,1 miliar).

"Pada akhirnya, menjalin hubungan dengan TikTok lebih penting ketimbang harus meminta mereka membayar langsung untuk rekaman," jelas manajer iLOVEFRiDAY.

"Hal itu memberikan kami exposure, dan itulah yang kami butuhkan untuk mendorong brand kedepannya," lanjutnya. Hill pun sepakat atas hal itu.

"TikTok membantu mengubah hidup saya," ujar Hill dalam blog resmi TikTok. "TikTok membawa lagu saya ke beberapa pendengar berbeda dalam satu waktu," imbuh Hill.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber The Verge
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com