Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024

Katie Bouman, Programmer Wanita di Balik Foto "Black Hole"

Kompas.com - 11/04/2019, 19:04 WIB

KOMPAS.com - "Memikirkan cara untuk melihat dan mengukur sesuatu yang tidak bisa dilihat secara kasat mata". Itulah prinsip yang ditanamkan oleh Katie Bouman, programmer wanita di balik foto perdana Lubang Hitam (black hole) yang dirilis oleh para ilmuwan.

Sejumlah ilmuwan ini, termasuk Bouman yang masih menjadi ilmuwan junior, bergabung dalam tim yang bernama Event Horizon Telescope (EHT), yang memiliki misi untuk menangkap citra lubang hitam di luar angkasa.

Bouman sendiri, bersama tim yang ia pimpin, bertugas untuk menyatukan dan memperjelas gambar yang didapatkan oleh sejumlah teleskop besar yang terpencar di Bumi, namun saling terhubung.

Nantinya, setelah foto diambil dan dikumpulkan oleh tim lain, tim Bouman kemudian menggunakan algoritma yang telah dibuatnya untuk merekonstruksi kumpulan data, dengan beberapa metode penyatuan foto, agar menjadi satu gambar yang jelas.

Foto pertama lubang hitam yang didapatkan lewat observasi dengan Event Horizon Telescope (EHT)EHT Foto pertama lubang hitam yang didapatkan lewat observasi dengan Event Horizon Telescope (EHT)
Foto tersebut kemudian menjadi foto lubang hitam yang bisa dilihat di internet saat ini. Dengan kata lain, tanpa algoritma Bouman, citra lubang hitam ini mungkin masih berupa kumpulan data astronomi dan bahkan belum bisa menjadi sebuah gambar yang bermakna.

Baca juga: Bagaimana "Black Hole" Sejauh 500 Triliun Km dari Bumi Bisa Difoto?

Bahkan, ia tadinya mengira bahwa timnya hanya akan mendapatkan sebuah gumpalan yang tak berarti, tanpa adanya sebuah cahaya di sekitar lubang hitam, yang menjadi karakteristiknya. Lalu, seperti apa algoritma yang dibuat Bouman?

Algoritma CHIRP

Pada 2016, Bouman membuat algoritma untuk membantu program komputer melakukan pencitraan dan rekonstruksi gambar.

Program yang ia namakan CHIRP (Continuous High-resolution Image Reconstruction using Patch priors) itu bisa digunakan untuk menggabungkan sejumlah data dan gambar mentah yang dihasilkan oleh teleskop-teleskop yang tersebar di berbagai belahan dunia.

Sebab, tidak ada satu teleskop yang cukup kuat untuk menjangkau lubang hitam yang jaraknya mencapai 500 triliun kilometer dari Bumi itu. Maka itulah digunakan jaringan teleskop tadi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Sumber time.com


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke