Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perusahaan Induk Google Berencana Membasmi Nyamuk di Muka Bumi

Kompas.com - 30/04/2019, 12:14 WIB
Bill Clinten,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

Sumber Bloomberg

KOMPAS.com - Binatang apa yang paling mematikan di dunia? Bukan ikan hiu, harimau, atau makhluk buas lain, tapi justru si mungil nyamuk yang menjadi vektor aneka penyakit berbahaya seperti malaria dan demam berdarah.

Pendiri Microsoft Bill Gates mengatakan nyamuk membunuh ratusan ribu manusia tiap tahun. Sebab itulah dia bertekad memerangi nyamuk. Belakangan, Alphabet, perusahaan induk Google diketahui ingin mengikuti langkah Gates.

Melalui anak perusahaan bernama Verily yang bergerak di bidang kesehatan, Alphabet menyusun rencana untuk melenyapkan nyamuk dari muka Bumi.

Caranya adalah dengan memakai populasi nyamuk jantan yang sengaja dibikin mandul alias steril sehingga tidak bisa menghasilkan keturunan. Nyamuk jantan juga tidak menggigit manusia.

Baca juga: Istri Bill Gates Cari Nyamuk di Yogyakarta

Verily mengembangbiakkan nyamuk dari jenis Aedes aegypti di dalam sebuah laboratorium di San Francisco, Amerika Serikat. Robot otomatis digunakan untuk memilah-milah nyamuk dari jenis kelaminnya.

Aedes aegypti sengaja dipilih karena jenis nyamuk ini bisa berkembang biak di tempat tinggal manusia sehingga rawan menyebarkan penyakit.

Nyamuk hasil "ternak" Verily kemudian diberi Wolbachia, bakteri parasit yang membuat nyamuk mandul, di samping mampu menekan transmisi virus penyakit yang dibawa nyamuk ke manusia.

Lantas, Verily melepas para nyamuk jantan agar mengawini nyamuk betina setempat dan menulari bakteri Wolbachia. Lambat laun, populasi nyamuk pun berkurang karena tak bisa bereproduksi.

Kuncinya murah

Untuk sekarang Verily masih terus menguji coba metode pemberantasan nyamuk itu di beberapa daerah di negara bagian California, AS. Para nyamuk diberi penanda digital supaya lokasi mereka bisa dilacak lewat GPS untuk kepentingan riset.

Ilustrasi lab Verily, tempat untuk mengembangbiakkan nyamuk, di kota San Francisco, ASBloomberg Ilustrasi lab Verily, tempat untuk mengembangbiakkan nyamuk, di kota San Francisco, AS

Sejauh ini hasilnya cukup menggembirakan. Dalam uji coba di kota Fresno pada 2017, populasi nyamuk betina menurun sebanyak dua pertiga setelah Verily melepas 15 juta ekor nyamuk jantan mandul dalam kurun waktu 6 bulan.

Uji coba lain di Innisfail, Australia, pada pertengahan tahun lalu berhasil mengurangi populasi nyamuk hingga 80 persen, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Bloomberg, Selasa (30/4/2019).

Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Alphabet, Perusahaan Pemilik Google

Harapannya, apabila terbukti sukses dan bisa dilakukan secara ekonomis, metode sterile insect technique ala Verily ini bisa disebarkan ke seluruh dunia untuk mengenyahkan nyamuk pembawa penyakit dari muka Bumi.

"Kuncinya adalah bagaimana agar bisa melakukan program macam ini dengan cara yang terjangkau dan efisien, sehingga kami bisa pergi ke negara-negara yang tidak memiliki terlalu banyak uang," ujar Jacob Crawford, seorang peneliti senior di Verily.

Belum jelas apa efeknya ke lingkungan kalau populasi nyamuk pembawa penyakit dilenyapkan sepenuhnya. Peranan ekologi dari nyamuk belum sepenuhnya dipelajari. Dugaan sementara, ekologi setempat seharusnya baik-baik saja walau tanpa nyamuk.

Jenis nyamuk berbahaya seperti Aedes aegypti sebenarnya juga bukan endemik di banyak daerah. Aedes aegypti diketahui berasal dari Afrika, tapi kini sudah menyebar sehingga merajalela di lebih 120 negara di zona tropis, termasuk Indonesia.

Baca juga: Bill Gates Lunasi Utang Nigeria ke Jepang Rp 950 Miliar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Bloomberg
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com