Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Media Sosial Bikin Orang Indonesia Iri dan Frustrasi

Kompas.com - 25/06/2019, 08:06 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Terlalu sering menggunakan media sosial ternyata membuat penggunanya rentan akan rasa frustasi dan mudah iri dengan orang lain.

Temuan itu dimuat dalam penelitian berjudul A Tool to Help or Harm? Online Social Media Use and Adult Mental Health in Indonesia yang secara khusus menyoroti gangguan kesehatan mental akibat penggunaan media sosial di Indonesia.

Sujarwoto, peneliti yang meriset masalah gangguan kesehatan mental akibat penggunaan media sosial secara berlebihan ini mengatakan, perasaan iri dan getir muncul karena pengguna sering membanding-bandingkan kehidupannya dengan orang lain di medsos.

Kecenderungan rasa iri yang timbul juga semakin tinggi mengingat lingkup media sosial yang lebih luas.

Baca juga: Riset Ungkap Pola Pemakaian Medsos Orang Indonesia

"Kalau dulu sebelum ada akses internet (komunikasi) hanya dengan tetangganya, keiriannya masih sama tetangganya. Nah sekarang kan lebih luas", jelas Sujarwoto ketika dihubungi KompasTekno melalui sambungan telepon, Senin (24/6/2019).

Di Indonesia, kesenjangan sosial menyebabkan para pengguna medsos terpapar citra positif dan kebahagiaan dari teman-temannya yang lebih mapan.

Mereka lalu membandingkannya dengan keadaan diri sendiri. Komparasi seperti ini menimbulkan perasaan kalah dan kehilangan.

Keriuhan menimbulkan frustrasi

Beberapa penelitian terkait juga menyebut penggunaan media sosial secara berlebih bisa menghilangkan kepuasan akan hidup dan menciptakan frustasi. Frustasi timbul karena media sosial yang terlalu riuh.

Apalagi, Indonesia masih dalam masa transisi demokrasi sehingga warganya kerap serampangan dalam memberikan komentar dan melempar opini di dunia maya. Keributan yang masif dan dikonsumsi secara terus-menerus inilah yang menimbulkan perasaan frustasi.

"Ditambah berita-berita yang tersebar di media sosial juga banyak berita negatif. Seperti kriminalitas, korupsi, dan sebagainya," jelas Sujarwoto yang meriset masalah ini bersama dua rekannya, Adi Cilik Pierawan dan Gindo Tampubolon.

Baca juga: Membatasi Pemakaian Media Sosial Ternyata Bisa Kurangi Rasa Kesepian

"Sedikit banyak, itu membuat pembaca merasa depresi. Hal-hal itu perlu diperhatikan, kelihatannya tidak masalah tapi jika dibiarkan dalam jangka panjang akan jadi masalah," lanjutnya.

Dia menyarankan warganet Indonesia agar lebih bijak dalam mengatur waktu bermedia sosial.
Pemerintah juga bisa memberikan edukasi kepada masyarakat bagaimana menggunakan media sosial yang bijak dan memberikan penyukuhan pentingnya kesehatan mental.

Penelitian yang dimulai sejak tahun 2016 ini lebih spesifik meneliti penggunaan media sosial populer seperti WhatsApp, Facebook dan Twitter.

Data yang digunakan berasal dari Indonesia Family Survey (IFLS) pada tahun 2014 yang merepresentasikan 83 persen populasi di seluruh Indonesia.

Dari IFLS, diambil responden sejumlah 22.423 orang dewasa yang berusia di atas 20 tahun dari 9.987 rumah tangga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com