Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Facebook Akui Menguping Percakapan Pengguna Messenger

Kompas.com - 15/08/2019, 16:40 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Facebook lagi-lagi membuat pengakuan yang membuat penggunanya mengernyitkan dahi. Perusahaan jejaring sosial raksasa itu baru-baru ini mengakui telah menguping setiap pesan suara yang melintas di platfom percakapan Facebook Messenger.

Pesan-pesan suara tersebut konon dianalisis lalu dicatat oleh pihak ketiga tanpa izin pengguna.

Lebih spesifik lagi, pesan suara didengar langsung oleh telinga manusia yang dibayar Facebook secara khusus, alih-alih memasrahkan mesin pengenal suara untuk mendengar dan menganalisis pesan suara.

"Seperti Apple dan Google, kami menyetop pengulasan audio oleh manusia lebih dari seminggu lalu," kata perwakilan Facebook.

Baca juga: Pendiri Apple Sarankan Hapus Akun Facebook

Menurut beberapa orang yang mengaku pernah terlibat dalam proyek "menguping" ini, beberapa pesan suara yang didengarkan terkadang berisi pesan vulgar dan bahkan dianggap cukup mengganggu.

Beberapa orang lain yang juga dikontrak Facebook untuk mendengarkan dan menulis percakapan suara mengatakan bahwa Facebook tidak pernah memberi tahu dari mana asal data audio tersebut.

Beberapa di antara mereka sadar bahwa data audio yang mereka dengar adalah percakapan rahasia. Saat mengetahuinya, mereka mulai merasa tidak nyaman untuk terus-menerus menguping pesan suara tersebut dan mulai meragukan legalitas serta etika kerja mereka.

Di sisi lain, Facebook mengaku bahwa para kontraktor yang dibayar untuk mendengarkan pesan suara tidak mengetahui siapa pengirim ataupun penerima pesan suara tersebut.

"Para kontraktor memeriksa apakah mesin kecerdasan buatan menginterpretasikan pesan suara dengan benar atau tidak," kata Facebook.

Sayangnya, Facebook tidak mengungkap pihak ketiga mana yang dibayar untuk mendengarkan percakapan pengguna Messenger. Namun, laporan Bloomberg menyebut TaskUs.Inc, salah satu firma yang berlokasi di Santa Monica, California, AS, sebagai salah satu pihak ketiga.

Menurut laporan tersebut, Facebook merupakan klien TaskUs yang paling penting sekaligus paling besar.

Namun, pegawai TaskUs dilarang blak-blakan mengungkapkan untuk siapa proyek yang sedang mereka kerjakan. Mereka hanya menyebut klien itu dengan sebuah kode bernama "Prism".

Baca juga: Facebook Didenda Rp 70 Triliun Akibat Skandal Cambridge Analytica

TaskUs juga ditugaskan untuk melacak konten yang kemungkinan melanggar kebijakan Facebook. Mereka juga melakukan pemindaian iklan bernuansa politik sebelum pemilu.

"Facebook meminta TaskUs untuk menyetop pekerjaan lebih dari seminggu lalu," ujar salah satu perwakilan TaskUs, dikutip dari Bloomberg.

Isu ini sejatinya pernah merebak saat kasus Cambridge Analytica terkuak awal 2018. Tapi, CEO Facebook Mark Zuckerberg sempat membantahnya.

"Anda membicarakan tentang teori konspirasi yang berkembang saat ini bahwa kami mendengarkan mikrofon Anda lalu menggunakannya untuk iklan. Kami tidak melakukan itu," kata Zuckerberg di hadapan Kongres AS pada April 2018, dilansir KompasTekno dari Phone Arena, Kamis (15/8/2019).

Facebook memang telah merevisi kebijakan data pengguna tahun lalu. Tujuannya agar pengguna bisa lebih memahami kebijakan Facebook.

Tapi, dalam revisi itu tidak disebutkan tentang pesan suara yang dianalisis dan dicatat oleh manusia.

Kalimat yang tertera di kebijakan baru tersebut hanya menyebut bahwa Facebook akan mengumpulkan "konten, komunikasi, dan informasi lain yang diberikan ketika pengguna (mengirim) pesan atau berkomunikasi dengan lainnya".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com