Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengamati Pergeseran Pasar Smartphone Indonesia di 2019

Kompas.com - 02/09/2019, 14:01 WIB
Oik Yusuf,
Reza Wahyudi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada kuartal-II 2019, pengapalan smartphone di Indonesia mencapai angka tertinggi dalam sejarah, yakni sebanyak 9,7 juta unit menurut laporan firma riset pasar IDC yang dirilis pekan lalu.

Seperti sebelum-sebelumnya, IDC masih menempatkan Samsung di urutan teratas dengan pangsa pasar sebesar 26,9 persen. Oppo menyusul di urutan kedua (21,5 persen), lalu secara berturut-turut Vivo (17 persen), Xiaomi (16,8 persen), dan Realme (6,1 persen).

Baca juga: Pengapalan Smartphone di Indonesia Tertinggi dalam Sejarah

Menurut analis IDC Risky Febrian, keberhasilan Samsung mempertahankan posisi nomor satu di pasaran smartphone Indonesia tak lain berkat deretan ponsel Galaxy A baru yang gencar dirilis sepanjang paruh pertama 2019.

“Galaxy A berkontribusi 77 persen dari semua produk Samsung,” ujar Risky kepada KompasTekno. Angka yang dicapai Samsung itu terhitung sejak peluncuran Galaxy A2 Core Hingga Galaxy A70.

Baca juga: Alasan Samsung Jorjoran Merilis Ponsel Galaxy A di 2019

Lini Galaxy A dari Samsung terutama memperkuat posisi vendor asal Korea Selatan itu di segmen menengah dan high-end (200-600 dollar AS, Rp 2,8 juta-8,5 juta) dengan menawarkan spesifikasi, fitur, dan rentang harga kompetitif.

Masalah Xiaomi, berkah Realme

Setelah Samsung, Oppo di posisi kedua tercatat mengalami kenaikan pangsa pasar dari 18 persen di tahun sebelumnya. Begitu juga dengan Vivo yang pada 2018 hanya menguasai market share 9 persen.

Pencapaian Oppo, menurut paparan IDC, didukung oleh cakupannya yang luas di pasar offline dan peluncuran model baru A1K. Pangsa pasar merek ini signifikan di segmen low-end dengan kisaran harga 100-200 dollar AS (Rp 1,4 juta-2,8 juta).

Pangsa pasar lima besar vendor smartphone di kuartal-II 2019 di Indonesia, menurut data firma riset IDC.IDC Pangsa pasar lima besar vendor smartphone di kuartal-II 2019 di Indonesia, menurut data firma riset IDC.
Seperti Oppo, Vivo pun agresif baik di pemasaran online maupun offline sehingga bisa mendorong angka permintaan untuk produk-produk kelas menegahnya di range harga 200-400 dollar AS (Rp 2,8 juta-5,6 juta), terutama untuk seri V15.

Sementara itu, berbeda dari Oppo dan Vivo yang menanjak, Xiaomi justru merosot dari posisi kedua tahun lalu ke nomor empat dengan pangsa 16,8 persen, turun dari 25 persen di periode yang sama di 2018.

Penurunan Xiaomi tersebut merupakan berkah bagi Realme, sub-brand besutan Oppo, yang untuk pertama kalinya masuk daftar 5 vendor smartphone terbesar di Indonesia.

Baca juga: IDC: Realme Masuk Lima Besar di Indonesia karena Xiaomi

Menurut Risky, Xiaomi tahun ini tak banyak merilis produk baru di Indonesia sehingga mempengaruhi kondisi pasarnya. Lalu ada juga masalah kelangkaan barang dan pedagang yang menaikkan harga seenaknya.

Hal ini antara lain terlihat dari model Note 7 besutan Redmi -sub-brand Xiaomi- yang angka permintaannya tinggi sehingga banderolnya melambung tinggi, jauh di atas harga resmi.

Di sisi lain, Realme tidak mengalami masalah serupa. “Juga spesifikasi dan desain produknya lebih kompetitif dibanding yang ditawarkan oleh Xiaomi, sehingga konsumen banyak yang beralih ke Realme,” kata Risky.

Merek lokal Indonesia tersingkir

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com