Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengamati Pergeseran Pasar Smartphone Indonesia di 2019

Kompas.com - 02/09/2019, 14:01 WIB
Oik Yusuf,
Reza Wahyudi

Tim Redaksi

Laporan IDC agak berbeda dibanding firma riset Counterpoint yang menghitung angka penjualan. Menurut Counterpoint, Samsung masih duduk di posisi pertama, tapi urutan kedua ditempati oleh Xiaomi, kemudian Oppo, Vivo, dan Realme.

Ada juga firma riset lain, Canalys, yang bahkan menempatkan Oppo di puncak klasemen, mengalahkan Samsung untuk pertama kalinya. Canalys menyebutkan Oppo memiliki market share 26 persen di Indonesia, dengan pertumbuhan year-over-year mencapai 54 persen.

Hasil laporan firma riset pasar memang bisa berbeda-beda tergantung variabel mana yang dihitung. Apakah pengapalan (shipment), penjualan (sales), atau lebih detil lagi dengan melacak hingga pembelian di toko.

Baca juga: Disebut Kalah dari Oppo di Indonesia, Begini Tanggapan Samsung

Terlepas dari sejumlah perbedaan di laporan mereka, baik IDC, Counterpoint, maupun Canalys sepakat menempatkan Realme, sub-merek yang kiprahnya baru seumur jagung, di urutan kelima, masuk top five untuk kali pertama.

Dalam laporan IDC di kuartal-I 2019, posisi kelima masih dipegang oleh Advan. Namun kini merek lokal Indonesia itu sudah tersingkir dari daftar.

Baca juga: Cara Vendor Ponsel Indonesia Bertahan di Tengah Gempuran Merek China

IDC mengatakan performa merek lokal terus menurun karen tekanan kompetisi yang tinggi di pasaran ultra low-end dengan kisaran harga di bawah 100 dollar AS (Rp 1,4 juta), terutama dari Xiaomi dan Samsung yang masing-masing memiliki produk di segmen ini.

Lima besar pabrikan smartphone teratas di Indonesia pada kuartal kedua 2019, menurut firma riset pasar CounterpointCounterpoint Lima besar pabrikan smartphone teratas di Indonesia pada kuartal kedua 2019, menurut firma riset pasar Counterpoint

Produk Redmi Go dari Xiaomi yang dibanderol di bawah Rp 1 juta, misalnya, disebut mampu melampaui pengiriman dua merek Indonesia, Advan dan Evercoss, di kelas ultra low-end.

Beberapa waktu lalu, Risky juga sempat mengungkapkan masalah lain yang dihadapi vendor lokal, yakni promosi besar-besaran dari para pemain asing yang sebagian besar merupakan merek asal China.

“Sumber permasalahannya dari vendor lokal itu kebanyakan dari sisi budget,” kata Risky. “Jadi, mereka kesulitan mempromosikan produknya, brand awareness pun jadi kecil dari sisi konsumen.”

Ketakutan blokir ponsel BM

Jumlah pengapalan smartphone di Indonesia sebanyak 9,7 juta unit di kuartal-II 2019 yang mencatat rekor, menurut IDC, mengalami kenaikan 20 persen dibanding kuartal sebelumnya serta lebih tinggi 3 persen dari periode yang sama tahun lalu.

Baca juga: Awas Diblokir, Perhatikan Beda Ponsel BM dan Resmi

Risky menuturkan bahwa kuartal-II memang selalu menjadi puncak pengapalan smartphone tiap tahun. Terlebih, periode tersebut tahun ini juga bertepatan dengan sejumlah momen khusus di Indonesia, seperti bulan Ramadhan dan Idul Fitri, serta liburan sekolah.

Situs cek IMEI Kemenperin.Kemenperin Situs cek IMEI Kemenperin.

Vendor smartphone pun jorjoran menggelar aneka diskon dan promosi untuk menarik konsumen.

Selain itu, Risky mengatakan bahwa isu pemblokiran ponsel black market juga mempengaruhi tingginya pengapalan smartphone di Indonesia.

Baca juga: Ini Dia, Isi Lengkap Rencana Aturan Blokir Ponsel BM

“Rencana ini lumayan memberikan ketakutan untuk konsumen, jadi mereka lebih pilih membeli yang legal (resmi), sehingga permintaan ponsel legal jadi lebih tinggi,” jelas Risky.

Simak Visual Kreatif KOMPAS yang mengulas detail pasar smartphone Indonesia dalam grafis melalui tautan ini, VIK Pasar Mewah Ponsel Murah, Memahami Pasar Smartphone Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com