Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Kang-Hyun Lee, Sosok "Pak Haji" Pelopor Samsung di Indonesia

Kompas.com - 01/10/2019, 15:20 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Suasana hangat langsung terasa kala memasuki ruangan yang terletak di pojok, tepat di belakang area kubikal yang diisi para pegawai Samsung.

Bukan karena suhu pendingin ruangan yang rendah, melainkan ucapan "selamat pagi" dari pria berperawakan Asia Timur kepada KompasTekno yang hendak mewawancarainya secara khusus di kantor Samsung Indonesia di Jakarta, akhir September 2019 lalu.

Ia adalah Kang-Hyun Lee, atau kerap disapa Mr.Lee oleh para pegawai Samsung. Pria berkacamata asal Negeri Ginseng ini bisa dibilang merupakan pionir kesuksesan Samsung yang hingga sekarang masih bercokol sebagai vendor ponsel nomor satu tanah air.

"Saya datang ke Indonesia tahun 1988", ucapnya memulai kisah. Ketika itu Lee datang bukan sebagai pimpinan Samsung, tapi untuk mengunjungi sahabat penanya yang asal Indonesia.

Baca juga: Samsung, Pedagang Sembako yang Jadi Raja Gadget

Dia bertandang ke rumah sahabatnya dan menginap sekitar satu bulan. Bisa dibilang, kecintaan Lee akan Indonesia sudah tertanam sejak masa ini, sebelum menduduki jabatan sebagai perwakilan Samsung. 

"Waktu itu saya belajar bahasa Indnesia di UI (Universitas Indonesia) Fakultas Sastra selama 23 hari. Zaman itu Bahasa Indonesia saya lebih bagus dibanding sekarang," kelakarnya.

Sebelum di UI, Lee mengaku telah lebih dulu belajar Bahasa Indonesia dengan sahabat penanya dengan saling berikirim surat.

Lee memang hobi menulis. Bahkan di tengah kesibukannya mengendalikan laju bisnis Samsung di tanah air, Lee beberapa kali terlibat dalam penulisan buku dan menerbitkannya.

"Saya sekarang ketua perkumpulan penulis Korea di Indonesia. Saya bikin buku tiap tahun dengan anggota-anggota perkumpulan," ujar Lee.

Baca juga: Alasan Samsung Jorjoran Merilis Ponsel Galaxy A di 2019

Bukunya bisa dari genre apa saja, kadang esai,  kadang pula puisi. Menariknya, inspirasi menulis datang dari mana saja, termasuk hal-hal kecil. Pernah sekali waktu, ia merasa kesal dengan putra bungsunya karena tidak bergegas dalam mengerjakan beberapa hal.

"Lalu anak saya bilang, 'Bapak makanya sabar, belajar sabar, Pak'," ceritanya sambil tertawa.

Kisah ini pun ia tuliskan menjadi buku berjudul Sabar yang tertulis dalam bahasa Korea. Tak cuma anaknya, sopir pribadi Lee bernama Sukimin yang telah bekerja dengannya selama 20 tahun pun pernah menjadi subjek karyanya.

"Setiap hari, setiap pagi di dalam mobil sambil menunggu sekitar 20 menit, saya tulis tentang apa saja," katanya.

Jadi mualaf dan dipanggil Pak Haji

Di kalangan pewarta senior, Lee kerap disapa "Pak Haji". Tapi sebenarnya, ia belum benar-benar pernah berangkat menuaikan ibadah haji ke Tanah Suci.

"Nama saya KH Lee, mungkin orang-orang memanggil 'Kiai Haji' Lee, jadi sekalian didoakan," kelakarnya lagi.

Sejak tahun 1994, Lee telah menjadi mualaf dengan memeluk agama Islam. Ia pertama kali mengenal Islam dari salah satu temannya asal Aceh. Di rumah temannya itu, ia melihat ayah temannya mengajarkan agama Islam ke anak-anak.

"Ada sekitar 20 anak yang dia sekolahkan dan biayai," ujarnya.

Sementara, ibu teman Lee juga mendirikan sebuah panti asuhan.

Baca juga: Cerita Samsung, Meniru Juara lalu Mencipta

"Jadi saya benar-benar lihat sendiri bagaimana umat muslim berperilaku, kemudian saya diajari salat," kisahnya.

Ayah teman Lee yang kemudian dianggapnya sebagai ayah angkat, lalu mengajaknya ke masjid Agung Sunda Kelapa untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Menjadi muslim baru dikatakannya cukup berat. Terutama saat melalui puasa di bulan Ramadan.

Namun akhirnya ia bisa menjalaninya hingga saat ini. Meski belum menunaikan rukun Islam kelima, Lee pernah melaksanakan umroh. Lee mengaku saat ini belum memungkinkan untuk berangkat haji, karena jadwal pekerjaan yang sangat padat.

"Tapi saya sudah berjanji kepada istri saya akan berangkat haji," ujarnya.

Tahun 1996, Lee mempersunting wanita berdarah Sunda. Mereka dikaruniai tiga orang putra.

Pelopor Samsung di Indonesia

Perkenalannya dengan sahabat pena asal Indonesia membuatnya tertarik berkarir si negeri ini. Ia pun meminta ke kantornya, markas pusat Samsung di Suwon, Korea Selatan, supaya diizinkan bekerja di Indonesia.

Keinginannya dikabulkan meski penuh tantangan. Lee harus memulai dari nol karena Samsung baru saja mengawali bisnis di Indonesia.

Lee mulai bertugas di Samsung Indonesia tahun 1993, setelah pabrik Cikarang di Bekasi, Jawa Barat dibangun dua tahun sebelumnya.

Baca juga: Mengunjungi Galaxy Store Tokyo yang Memajang 1.000 Smartphone

Sebagai pimpinan, dia bertanggung jawab atas banyak hal dalam kegiatan operasional Samsung, mulai dari ekspor-impor, ketenagakerjaan, keuangan, hingga urusan logistik.

Pada 2006, Lee dipindah kembali ke kantor pusat Samsung di Korsel sebagai Head of Digital Air Solution. Setelahnya, Lee sempat didapuk sebagai Managing Director Samsung Bangladesh.

Tahun 2012, "Pak Haji" sudah balik lagi ke Indonesia sebagai Corporate Business Vice President.

Setahun setelahnya, ia menjabat sebagai Corporate Business and Corporate Affair Vice President, PT Samsung Electronics Indonesia (SEIN). Tugasnya adalah bertanggung jawab atas hubungan sosial perusahaan dan hubungan dengan pemerintah.

Lee lah yang pertama kali berjasa memperkenalkan ponsel genggam asal Korea Selatan di Indonesia yang ketika itu masih dikuasai merek legendaris asal Finlandia, Nokia. Sejarah awal Samsung di Indonesia berasal dari tangan Lee.

"Mungkin sampai pohon-pohon di pabrik itu kenal saya kali ya," candanya.

Sepanjang wawancara, Lee merupakan pribadi yang cair dan kerap melontarkan lelucon jenaka. Kendati demkian, begitu menyangkut industri elektronik, ia dikenal sosok yang vokal dan kerap mengkritisi pemerintah.

Kritik ponsel BM sejak lima tahun lalu

Salah satu hal yang ia kritik adalah peredaran ponsel black market alias ponsel BM yang saat ini regulasinya masih mandek di tangan pemerintah. Ia mengaku telah mengusulkan pemberantasan ponsel BM sejak lima tahun lalu.

"Pertama kali yang bicara dengan pemerintah adalah saya waktu itu, tapi sampai sekarang belum dilaksanakan," kata Lee.

Baca juga: Diusulkan Sejak 5 Tahun Lalu, Aturan Blokir Ponsel BM Masih Belum Terbit

Aturan ini ia usulkan kepada Rahmat Gobel yang kala itu menjabat sebagai Menteri Perdagangan. Tidak hanya ponsel, barang elektronik lain juga banyak yang ilegal.

Sampai hari ini, Peraturan Menteri soal pemblokiran ponsel BM via nomor IMEI masih belum disahkan.

"Saya setiap hari masih kejar itu, tapi belum jelas. Katanya operator setuju tapi sekarang balik lagi, saya kurang tahu-lah alasannya ditunda kenapa," ujarnya.

Namun Lee tetap mengapresiasi, karena selama bertahun-tahun, baru di tahun ini pembahasan soal blokir ponsel BM dimatangkan.

Di Indonesia, Lee juga tergabung dalam asosiasi Indonesia Electronics Association (GABEL – Gabungan Elektronik Indonesia). Ia juga menjadi petinggi Asosiasi Pengusaha Seluler Indonesia (APSI).

Puluhan tahun melanglang buana di industri smartphone di Indonesia, Lee memiliki kesannya tersendiri. Ia yakin bahwa Indonesia adalah negara yang potensial.

"Tapi saya khawatir ini hanya potensial saja," jelasnya.

Ia sadar, geografis yang luas, banyaknya etnis dan perilaku masyarakat yang beragam menjadi keunggulan sekaligus tantangan bagi Indonesia.

Kendati demikian, Lee yang sering aktif menjadi pembicara isu ekonomi di dalam negeri dan internasional mengatakan Indonesia merupakan negara yang aman bagi investor.

Sebab, ekonominya cukup stabil dibanding beberapa negara Asia lainnya. Dengan sedikit catatan, investasi di Indonesia hanya akan bisa berhasil apabila berjalan dalam jangka panjang.

Baca juga: Samsung: Indonesia Itu Seperti Lima Negara Digabungkan

"Kalau mau investasi di Indonesia seharusnya jangan buru-buru, bukan setahun dua tahun dapat hasil," jelasnya.

Menurut Lee, rencana pemindahan ibu kota ke Kalimantan bisa menjadi salah satu cara menarik untuk mendatangkan lebih banyak investor. Lee juga mengkritisi bagaimana regulasi smartphone diberlakukan.

Menurut dua, aturan seperti Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) harus dijalankan lebih serius jika tidak ingin investor kabur.

"TKDN kalau memang ada, kebijakan itu bukan pura-pura saja. Seharusnya memang tingkat (kandungan lokalnya) pun dinaikkan. Jadi benar-benar mereka investasi di Indonesia bukan hanya rakitan saja," katanya.

Dalam kesempatan khusus itu, Lee juga membeberkan rencannya tentang proyek 5G di Indonesia. Samsung tidak hanya akan mengincar handset yang memang telah tersedia di beberapa negara yang telah menggulirkan 5G.

Baca juga: Tak Cuma Ponsel, Samsung Juga Incar Peralatan Jaringan 5G di Indonesia

"Samsung punya kemampuan peralatan untuk jaringan 5G," ujar Lee.

Samsung sendiri tengah berdiskusi dengan beberapa pihak untuk membahas peralatan jaringan 5G. Lee berharap pemerintah segera membuat kebijakan terkait bergulirnya 5G di Indonesia.

Baca juga: VIK Pasar Mewah Ponsel Murah, Memahami Pasar Smartphone Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com