Mengapa data IDC dan GfK soal pangsa pasar Samsung bisa bertolak belakang? Firma-firma riset pasar memang menggunakan cara sendiri dalam melakukan analisisnya.
Analis IDC Indonesia Risky Febrian mengatakan, setiap firma riset memiliki metode berbeda, meski sama-sama menghitung pengiriman.
“Kami melacak produk jadi yang keluar dari pabrik, yang akhirnya masuk ke distributor,” terang Risky ketika itu.
Baca juga: Alasan di Balik Tumbangnya Samsung oleh Oppo dan Vivo di Indonesia
Sementara, riset GfK tidak menghitung angka pengiriman, melainkan jumlah smartphone yang terjual dari distributor kepada konsumen.
Artinya, riset GfK dapat merepresentasikan berapa banyak jumlah ponsel suatu vendor yang terjual ke konsumen, pada kuartal tersebut.
Perbedaan lainnya, IDC merilis laporan risetnya ke publik, sementara GfK hanya memberikan laporannya untuk klien mereka, seperti Samsung Indonesia.
Laporan lembaga riset tentang pangsa pasar masing-masing vendor bukan kali ini saja berbeda. Pada kuartal II-2019 sebelumnya pun, sejumlah lembaga sempat memberikan data berlainan.
Baca juga: Mengamati Pergeseran Pasar Smartphone Indonesia di 2019
Pada periode tersebut, IDC masih mendudukkan Samsung di urutan pertama di Indonesia dengan pangsa 26,9 persen, disusul Oppo (21,5 persen) dan Vivo (17 persen).
Namun, firma riset Canalys saat itu mengatakan bahwa posisi teratas ditempati Oppo dengan pangsa pasar 26 persen, diikuti Samsung di posisi kedua dengan 24 persen.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.