Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kilas Balik Desain Layar Smartphone dalam Satu Dekade

Kompas.com - 26/12/2019, 20:01 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

Sementara merek lain seperti Samsung Focus, Google Nexus One, HTC EVO 4G, dan Galaxy S, rata-rata memiliki bentang layar 4 inci. Tentu saja, ukuran itu terbilang kecil untuk hari ini.
Smartphone yang dirilis dua tahun terakhir rata-rata berukuran di atas 5 inci.

Tren Bezel-less hingga Aneka Macam Gaya "Poni"

Untuk menambah kenimatan visual, pabrikan smartphone juga berlomba-lomba memangkas bezel atau bingkai layar hingga terjadilah tren bezel-less. Pinggiran layar dikikis demi memperluas rasio bodi ke layar.

Rasio aspek 18:9 juga semakin menjamur untuk menyuguhkan desain layar yang lebih tinggi dengan bezel yang ramping. Ada pula rasio aspek 19,5:9 yang pertama kali dicetuskan iPhone X 2017 lalu dengan memperkenalkan "notch" alias layar berponi.

Sejak kemunculan desain poni, pabrikan lain ibarat tidak mau ketinggalan kereta. Sebagian dari mereka mengadospi inovasi itu demi memperluas layar.

Baca juga: Dari eSIM hingga Poni yang Hilang, Ini Prediksi 10 Tren Ponsel di 2019

Hari demi hari, "poni" layar smartphone muncul dengan aneka macam bentuk. Tidak sekadar bilah panjang seperti iPhonoe, tapi semakin mengkerut higga kini mucnul tren punch hole atau lubang kamera untuk menempatkan kamera depan.

Layar layar lipat

Tidak sah apabila membahas transformasi layar smartphone tanpa menyebutkan terobosan termutakhir abad in,i yakni ponsel layar lipat. Inovasi ini sebenarnya sudah dikembangkan beberapa pabrikan layar belasan tahun lalu.

Salah satunya adalah Polymer Vision yang memperkenalkan konsep layar gulung bernama Readius di ajang pameran teknologi Mobile World Congress (MWC) 2006. Nokia dan LG juga sempat pamer konsep serupa.

Readius, perangkat dengan layar gulung yang dikeluarkan Polymer Vision tahun 2006 lalu.The Register Readius, perangkat dengan layar gulung yang dikeluarkan Polymer Vision tahun 2006 lalu.

 

Namun pada akhirnya, mereka kalah cepat dari Samsung dan Huawei yang lebih dulu memperkenalkan Galaxy Fold dan Huawei Mate X tahun ini. Tapi sebenarnya, bukan dua vendor itu yang menelurkan smartphone lipat pertama kali.

Justru perusahaan kecil asal California, Royole yang pertama kali memperkenalkan smartphone lipat bernama Flexpai. Namun, Galaxy Fold lah yang paling awal berani melempar ke pasaran.

Saat debut Februari 2019 lalu, Galaxy Fold dijual dengan harga 1.980 dollar AS atau sekitar Rp 28 jutaan. Samsung bahkan berani menjual smartphone paling premiumnya itu ke negara berkembang seperti Indonesia. Di Tanah Air, Galaxy Fold dibanderol seharga Rp 30,8 juta.

Baca juga: Spesifikasi Lengkap dan Harga Samsung Galaxy Fold di Indonesia

Tren 2020

Tren ponsel layar lipat ini diprediksi akan masih berlanjut tahun depan dengan aneka macam mekanisme lipatan.

Dirangkum KompasTekno dari Tech Republic, Rabu (25/12/2019), layar berponi akan mulai ketinggalan zaman tahun depan.

Indikasinya berasal dari inovasi kamera depan bawah layar. Oppo, menjadi salah satu vendor yang sudah memperkenalkan purwarupa smartphone ini.

Perusahaan ponsel asal China itu menyebutnya sebagai teknologi under screen camera atau USC.

Namun, Oppo menyebut masih butuh pengembangan teknis lagi untuk kamera depan yang disembunyikan di balik layar demi mendapatkan hasil jepretan yang tak kalah baik dengan kamera depan smartphone saat ini.

Apakah itu artinya tidak akan ada lagi pop-up camera? Kita tunggu saja tren smartphone tahun depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com