Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Produk Teknologi yang Ditinggalkan Penggunanya dalam Satu Dekade Terakhir

Kompas.com - 03/01/2020, 08:12 WIB
Putri Zakia Salsabila ,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perubahan zaman terus bergulir, sejalan dengan inovasi yang terus dilakukan setiap harinya untuk menemukan teknologi yang lebih canggih. 

Selama sepuluh tahun ke belakang, perkembangan teknologi pun semakin pesat. Teknologi terbaik di masanya mulai ditinggalkan dan tergantikan dengan yang lebih up to date.

Berikut ini KompasTekno merangkum sejumlah Teknologi selama satu dekade ke belakang yang sudah mulai ditinggalkan. Adakah kenangan terbaik Anda saat menggunakannya?

1. MP3 Player

Headphone THINKSTOCK Headphone

Apakah Anda masih ingat di saat masih banyak orang yang mendengarkan lagu full album dalam satu alat pemutar musik MP3? Atau membawa MP3 player ke mana saja dengan earphone atau headphone

Format file MP3 sempat menjadi pilihan utama bagi para penikmat musik yang beralih dari CD player atau kaset.  

Di saat MP3 berjaya, para penikmat musik dimudahkan untuk membagikan musik serta mengunduh musik melalui internet dan kemudian disimpan dalam player pribadi mereka.

Baca juga: iPod, 12 Tahun Melantunkan Musik

Kemudian, Apple mulai meluncurkan iPod dan sedikit demi sedikit mengubah budaya cara menikmati musik.

iPod memberikan terobosan baru yang memudahkan para penikmat musik untuk menyimpan ratusan album atau playlist mereka.

iPod akhirnya mendominasi pasar, meskipun Microsoft sempat mengeluarkan media Player portable yang kalah terkenal dibandingkan iPod pada 2009.

Kemudian, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Digital Trends, Jumat (3/1/2020), di saat ponsel dan paket data semakin marak digunakan, muncullah service streaming musik Spotify yang dapat digunakan lewat smartphone dengan layanan berbayar.

Semenjak lahirnya aplikasi streaming musik, lambat laut mp3 player mulai ditinggalkan. Bagaimana tidak, para pengguna smartphone kini dimudahkan mengakses ribuan musik lintas negara melalui ponselnya.

Baca juga: Benarkah MP3 Sudah “Mati”?

Pada tahun 2017, format MP3 sendiri mulai ditinggalkan oleh lembaga penelitian Jerman yang berkontribusi terhadap pengembangannya di akhir 1980-an, Fraunhofer Institut.

Secara resmi Fraunhofer Institut menghentikan program perizinannya dan semenjak itu, MP3 dinyatakan mati.

2. Instant messenger 

Pemberitahuan penghentian layanan BlackBerry MessengerBlackBerry Messenger Pemberitahuan penghentian layanan BlackBerry Messenger

Generasi 1990-an pasti mengenal layanan messengers AOL, MSN, BBM, dan Yahoo! Messenger. Layanan pesan ini sangat diminati masyarakat kala itu. 

Anda dapat menghabiskan waktu untuk chatting atau berbincang-bincang dengan teman melalui jaringan internet.

Baca juga: Yahoo Messenger Resmi Ditutup, Begini Cara Unduh Chat Lama

Namun, pada 2012, Microsoft membeli Skype yang menjadi tanda bahwa MSN telah mati, kemudian Verizon mengakuisisi AOL pada 2015 dan akhirnya meninggalkan AIM pada 2017.

Yahoo! Messenger kemudian menyusul AIM dan MSN untuk shutdown pada 2018.

Kemudian, Blackberry Messenger (BBM) mulai memasuki pasar ponsel dan menjadi layanan messenger yang dapat mengirimkan foto, suara, Grup Chat, berbagi lokasi, telepon serta video call ke sesama pengguna BBM.

BBM kemudian lahir dan mengubah serta memudahkan masyarakat untuk berkomunikasi. Awalnya BBM hanya bisa digunakan oleh para pengguna ponsel bermerek BlackBerry, kemudian mulai dibuka untuk Android dan iOS pad 2013.

Baca juga: BBM Ditutup, Ini Penggantinya dari BlackBerry

Langkah itu sudah terlambat buat BBM yang makin tergeser oleh pesaing. Beberapa tahun setelahnya, pada 2019, BBM yang sempat berganti pemilik ke perusahaan Indonesia akhirnya ditutup.

3. DVD

Di awal dekade 2010, seseorang yang mengoleksi puluhan keping DVD di ruang tamunya dianggap sangat keren dan up to date. Saat itu DVD menjadi salah satu hiburan pilihan untuk menghabiskan waktu menonton film di hari minggu.

Rental DVD menjadi sangat marak saat itu. Tapi setelah internet semakin ramai digunakan dan kecepatannya meningkat, layanan streaming film berbayar mulai hadir. Lambat laun DVD pun ditinggalkan.

Baca juga: Seperti Kaset VHS, DVD dan Blu-Ray Akan Punah?

Meski DVD berkembang menjadi HD DVD dan Blu-ray, jumlah penggunanya terus menurun. Kini, memasuki dekade 2020, menonton film streaming secara instan melalui smartphone atau televisi sudah menjadi kebiasaan masyarakat.

 4. Plasma TV

Di era 2010, TV layar datar telah menggantikan televisi tabung CRT besar berbentuk kotak. Layar TV kemudian menjadi lebih besar, gambar menjadi lebih baik, dan lebih langsing. Pertarungan pasar televisi terbagi menjadi dua kubu, yakni televisi Plasma dan LCD / LED.

TV Plasma memiliki keunggulan pada warna hitam yang lebih tajam, sudut pandang yang lebih baik, dan kontras dan warna yang lebih baik.

Baca juga: FBI: Peretas Bisa Memata-matai Rumah lewat TV Pintar

Sementara TV LCD atau LED memiliki kecerahan lebih tinggi dan menggunakan daya listrik lebih sedikit. Namun TV LED kalah unggul dengan TV Plasma pada kualitas gambarnya.

Jadi mengapa produksi TV plasma berakhir pada 2014? pabrikan TV plasma terkemuka Panasonic kalah saing dengan permintaan pasar terhadap TV LED.

Plasma dikalahkan dengan munculnya OLED. Oleh sebab itu, kualitas gambar TV Plasma akhirnya ditinggalkan.

5. Google Plus

Google dikenal tak segan menutup proyek atau produk yang dianggap gagal. Nasib inilah yang menimpa Google Plus, jejaring sosial milik raksasa internet itu yang awalnya dibuat sebagai pesaing Facebook.

Pada 2011, Google Plus pertama hadir pada 2011 dengan inovasi lingkaran pertemanan terdekat dan mengelompokkan orang yang berbeda, berbagi foto dan video, polling, Halaman untuk bisnis, komunitas, dan lain sebagainya.

Baca juga: Mengapa Google Plus Tidak Diminati?

Awalnya Google Plus dianggap berhasil karena pengguna sempat melonjak. Namun, aktivitas pengguna di dalamnya terus menurun seingga ditutup pada 2019.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com