Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisakah Kamera Smartphone Menggantikan DSLR Seperti Kata Xiaomi?

Kompas.com - 07/01/2020, 14:39 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Resolusi sensor kamera smartphone makin lama makin tinggi dan kini sudah menembus kisaran ratusan megapiksel.

Xiaomi Mi Note 10 Pro yang baru saja meluncur di Indonesia pada akhir pekan lalu diklaim pembuatnya menjadi ponsel pertama yang memiliki resolusi setinggi itu, mencapai 108 megapiksel. 

"Xiaomi adalah (vendor) pertama di dunia yang membawa kamera 108 megapiksel, tidak hanya di Indonesia," klaim Alvin Tse, Country Director Xaiomi Indonesia di panggung peluncuran Mi Note 10 Pro yang berlangsung di Jakarta, Sabtu (5/10/2019).

Baca juga: Xiaomi Mi Note 10 Pro Resmi Masuk Indonesia, Ini Harganya

Tak cuma resolusinya saja yang besar, smartphone ini juga memiliki lima kamera belakang yang terdiri dari kamera wide 108 megapiksel, telephoto 5 megapiksel (5x optical zoom), 12 megapiksel "portrait" (2x optical zoom), ultrawide 20 megapiksel, dan makro 2 megapiksel.

Alvin pun berani mengklaim bahwa Mi Note 10 Pro bisa menggantikan peran kamera DSLR nantinya.

"Anda bisa mendapatkan gambar seperti profesional. Ucapkan selamat tinggal untuk DSLR. Anda juga bisa lebih hemat dengan membeli smarphone Xiaomi," katanya sesumbar. Tapi benarkah begitu?

Mengatasi hambatan hardware dengan software

Menurut pengamat gadget Lucky Sebastian, sebagus apapun kamera smartphone ke depan, kamera profesional seperti DSLR atau mirrorrless tetap akan memiliki penggunanya sendiri. Sebab, di mata profesional hasil jepretannya tetap akan berbeda.

"Berbeda dalam artian, (kamera smartphone) yang bekerja adalah algoritma atau software, misalnya bikin efek bokeh. Sementara pada lensa DSLR, (bokeh) natural terjadi karena hardware," jelasnya saat dihubungi KompasTekno, Senin (6/1/2020).

Dari segi hardware, kamera mirrorless dan DSLR punya keunggulan berupa ukuran fisik sensor gambar yang jauh lebih besar (micro four-thirds, APS-C, full-frame) yang sulit disamai oleh ponsel, meskipun ukuran sensor semartphone lambat laun meningkat juga.

Semakin besar ukuran sensor, semakin besar pula ukuran masing-masing fotodioda (piksel) penangkap cahaya dan semakin bagus pula kualitas gambar. Ukuran sensor pula yang menyebabkan DSLR dan mirrorless bisa menghasilkan blur atau bokeh yang kentara.

Namun bukan berarti hasil jepretan smartphone bisa diremehkan. Seperti yang dikatakan oleh Lucky, para pabrikan smartphone mengatasi keterbatasan secara hardware lewat teknik software.

Baca juga: Mengamati Perkembangan Pesat Kamera Ponsel dalam Satu Dekade Terakhir

Pixel binning menggabungkan empat piksel menjadi satu untuk meningkatkan kualitas gambar. Computational photography memungkinkan mode-mode khusus seperti Night Mode dan Smart HDR yang kadang jepretannya mampu mengalahkan DSLR dalam kondisi tertentu.

Keterbatasan jangkauan lensa pun sebagian besar sudah teratasi dengan menerapkan banyak kamera. Perspektif ultra wide dan telephoto bukan lagi monopoli kamera dedicated, tapi sudah banyak diterapkan di smartphone.

Lucky mengatakan, untuk sekadar memajang foto di media sosial atau menyimpannya di galeri, kemampuan kamera smartphone saat ini sudah sangat cukup mumpuni, setidaknya untuk konsumen non-profesional secara umum.

Makin lama resolusi makin tinggi

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com