JAKARTA, KOMPAS.com - Seiring berkembangnya zaman, diikuti adopsi internet yang semakin masif, industri hiburan turut berubah. Salah satunya model bisnis penayangan film yang mulai banyak meminati layanan streaming sebagai alternatif memperoleh pendapatan.
Menurut sutradara film kenamaan Sheila Timothy, pendapatan film dari platform digital semacam Netflix saat ini menjadi terbesar kedua. Bioskop masih menduduki peringkat pertama ihwal pengembalian modal dari sebuah film.
"Bisa dikatakan 60-70 persen masih bergantung dari pengembalian modal bisokop, sisanya masih dibagi," kata wanita yang akrab dipanggil Lala ini.
Baca juga: Menkominfo Imbau Netflix Perbanyak Konten Lokal dari Indonesia
Ia tidak menyebut angka pendapatan yang diperoleh dari platform digital. Tapi menurut Lala, dalam lima hingga enam tahun terakhir pembayaran atau pembelian lisensi film oleh platform digital meningkat pesat.
Porsi platform digital ini disebutnya sudah mengalahkan pendapatan dari free to air TV atau televisi tak berbayar dan penayangan di maskapai penerbangan.
"Padahal, di 2016 televisi swasta atau televisi tak berbayar jadi penghasilan terbesar kedua setelah bisokop. Ini karena OTT (platform digital, over the top) sudah naik," katanya.
Terdongkrak kecepatan internet
Lala, yang juga aktif di Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI), mengatakan ada banyak hal yang mendorong peningkatan pendapatan film dari platform digital.
Selain distribusi film yang semakin besar karena semakin banyak platform digital, meningkatnya kecepatan internet juga ikut mendongkrak.
Pengguna platform digital yang semakin banyak juga turut menyumbang peningkatan pendapatan. Netflix misalnya, salah satu platform digital populer asal Amerika ini, mengklaim saat ini memiliki 158 juta pengguna di 190 negara tempatnya beroperasi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.