KOMPAS.com - Hampir sebagian besar negara di seluruh dunia berjibaku melawan pandemi Covid-19.
Tak sedikit negara yang memberlakukan kebijakan lockdown atau karantina wilayah, sementara sebagian lain hanya menganjurkan isolasi di rumah.
Apple pun turut berupaya menekan persebaran wabah ini dengan cara melacak seberapa besar penurunan jumlah kerumunan di sebuah wilayah, setelah ada imbauan isolasi.
Data-data tentang kondisi kerumunan di 63 negara itu pun kini dibuka kepada publik, termasuk data untuk wilayah Indonesia.
Informasi ini diharapkan bisa digunakan otoritas kesehatan setempat untuk mengukur seberapa efektif aturan isolasi terhadap sebaran virus corona. Apple mengatakan, data ini tidak akan melacak individu atau lokasi mereka berada.
Baca juga: Sistem Pelacak Covid-19 dari Google Akan Disebar ke Ponsel Android
Data tersebut dihimpun dari jumlah pengakses rute perjalanan di aplikasi Apple Maps yang diinstal di semua iPhone.
Biasanya, para pengguna mengakses Apple Maps sebagai petunjuk jalan saat mengemudi, mencari rute transportasi umum, atau jalan kaki.
Data yang dipaparkan terhitung mulai 13 Januari 2020 sebagai baseline perbandingan. Apple selalu memperbarui laporannya setiap hari dan bisa diakses di situs resminya.
Dari pantauan KompasTekno, Kamis (16/4/2020), halaman tersebut menunjukkan adanya penurunan jumlah pejalan kaki sebesar 45 persen dan pengemudi sebesar 57 persen di Jakarta sejak pertengahan bulan Maret.
Sementara untuk skala nasional, menurut data Apple, ada penurunan pejalan kaki 67 persen dan pengemudi 57 persen di Indonesia dalam periode waktu yang sama.
Pemerintah Indonesia memang mulai mengimbau masyarakat untuk bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah sejak 16 Maret lalu.
Kendati demikian, Apple tidak memberikan jumlah spesifik pada grafik ini. Hasil data Apple sedikit banyak mirip dengan data yang dipublikasi Google beberapa waktu lalu.
Data Google menyebut pusat-pusat keramaian di Indonesia menurun hingga kurang dari 50 persen sejak imbauan physical distancing berlaku. Berbeda dengan Apple, data negara yang dihimpun Google mancapai 131 negara.
Baca juga: Apple Luncurkan Situs dan Aplikasi untuk Cek Gejala Covid-19
Google mengumpulkan data dari sejumlah pengguna anonim yang mengaktifkan fitur "Location History" di perangkat Android mereka.
Senada dengan Apple, Google juga mengklaim tidak mengambil data pribadi penggunanya karena mekanisme pengumpulan data mirip dengan apa yang sudah mereka terapkan di aplikasi Google, seperti Google Maps.
Dirangkum KompasTeno dari South China Morning Post, Jumat (17/4/2020), data pemantauan kerumunan seperti ini akan berguna bagi pemerintah.
Otoritas Kesehatan Calfironia misalnya, menggunakan data pelacak kerumunan untuk mengukur efektivitas karantina wilayah dalam membendung penyebaran Covid-19. Meskipun mereka tidak menyebut apakah data Apple atau perusahaan lain yang digunakan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.