KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, Twitter mengumumkan fitur untuk menandai kicauan yang menyesatkan untuk membendung peredaran informasi hoaks. Fitur tersebut ternyata tidak pandang bulu.
Tidak peduli siapa yang berkicau, Twitter akan tetap menandai kicauan dengan informasi yang salah atau tidak tepat. Salah satu "korban" fitur ini adalah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Untuk pertama kalinya, Twitter melabeli kicauan presiden dari Partai Republik itu.
Kicauan yang dilabeli "berpotensi menyesatkan" adalah tudingan Trump terhadap Gubernur California, Gavin Newsom yang mengirimkan surat suara lewat pos ke semua pemilih terdaftar (mail-in ballot).
Newsom terpaksa melakukan itu karena pemilu harus tetap berjalan di tengah pandemi Covid-19. Tapi menurut Trump, mekanisme semacam itu akan meciptakan pemilu yang curang.
Baca juga: Twitter Akan Tandai Kicauan Menyesatkan Soal Covid-19
"Kotak suara akan dirampok, surat suara bakal dipalsukan dan bahkan dicetak secara ilegal dan ditandatangani secara curang," begitu alasan Trump yang ia tulliskan dalam Twitter pribadinya.
There is NO WAY (ZERO!) that Mail-In Ballots will be anything less than substantially fraudulent. Mail boxes will be robbed, ballots will be forged & even illegally printed out & fraudulently signed. The Governor of California is sending Ballots to millions of people, anyone.....
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) May 26, 2020
Tepat di bawah twit tersebut, ada keterangan dengan ikon peringatan atau tanda seru bewarna biru. Keterangan itu berbunyi "dapatkan fakta tentang mail-in ballots".
Apabila diklik, maka akan muncul sejumlah artikel dari media kredibel sebagai penjelasan lebih lanjut terkait twit yang dilabeli berpotensi menyesatkan tadi.
Ada pula beberapa twit dari para pemeriksa fakta yang kebanyakan adalah para jurnalis yang terverifikasi.
Perwakilan Twitter berdalih bahwa pelabelan ini sudah sejalan dengan kebijakan yang mereka umumkan awal bulan lalu tentang pembatasan konten yang berpotensi menyesatkan dan berbahaya berkaitan dengan pandemi Covid-19.
Tapi, Twitter tidak melakukan hal yang sama terhadap twit Trump yang kurang tepat soal penggunaan hydroxychloroquine yang disebutnya manjur mengobati Covid-19.
Padahal menurut WHO, klaim tersebut belum terbukti. Bahkan, WHO baru-baru ini menyetop uji coba hydroxychloroquine untuk obat corona.
Baca juga: Twitter Izinkan Karyawan Kerja dari Rumah Selamanya
Diprotes Trump
Aksi Twitter itu pun diprotes Trump. Presiden yang sangat aktif berkicau di Twitter itu menyebut platform mikroblogging ini ikut campur dalam Pilpres AS 2020.
"Twitter jelas-jelas mencederai kebebasan berpendapat dan saya sebagai presiden tidak akan pernah membiarkan itu terjadi," kicau Trump.
Manjer kampanye Trump, Brad Parscale mengatakan bahwa aksi Twitter hanya akal-akalan untuk menutup niat politiknya.
"Bekerja sama dengan pemeriksa fakta media palsu hanyalah pengaburan Twitter yang digunakan untuk memberikan taktik politik yang jelas beberapa kredibilitasnya palsu," kata Parscale, dirangkum KompasTekno dari The Verge, Rabu (27/5/2020).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.